Senin 10 May 2021 18:18 WIB

Protokol Menghabiskan THR di Masa Pandemi

Menghabiskan THR di jalan yang benar harus menjadi prinsip.

Warga memadati pusat perbelanjaan di Jalan Kepatihan, Bandung, Jawa Barat, Ahad (9/5/2021). Pakar keuangan mengajak masyarakat membelanjakan THR dengan bijak mengingat saat ini masih dalam suasana pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA /Raisan Al Farisi
Warga memadati pusat perbelanjaan di Jalan Kepatihan, Bandung, Jawa Barat, Ahad (9/5/2021). Pakar keuangan mengajak masyarakat membelanjakan THR dengan bijak mengingat saat ini masih dalam suasana pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari-hari terakhir Ramadhan seharusnya merupakan momen khusuk untuk beriktikaf. Namun, cairnya tunjangan hari raya (THR) justru bisa mengaburkan momen mendekatkan diri kepada Allah.

Hilal keuangan berupa THR memang sangat dinantikan. Terutama di masa pandemi.

Baca Juga

Lantas, bagaimana cara mengelola THR tersebut? Hari 'Soul' Putra, motivator keuangan dan Managing Director WealthFlow 19 Technology, mengatakan, THR adalah pendapatan tahunan, maka penggunaannya pun buat tahunan. Sebelum memaparkan trik memanfaatkan THR, ia mengajarkan dulu tentang konsep financial solution.

Ada empat alokasi secara fundamental yang wajib disadari lebih dulu.

Dimensi SOUL

SOUl adalah singkatan dari SOcial SpiritUaL. Ibarat sebuah lukisan, ada frame atau bingkainya, maka pembagian THR mengacu pada :

Pay your God first

Walau sudah ada alokasi bulanan buat kewajiban kepada Tuhan, di suasana Lebaran, tidak ada salahnya memberikan hal lebih buat zakat, perpuluhan, derma dan lainnya.

Pay your Social second

Berbagi kebahagiaan adalah kewajiban buat sesama, apalagi ada tetangga dekat yang sangat-sangat membutuhkan. Maka dana infak, dana sosial, santunan, termasuk juga kita yang memberikan THR buat pekerja di rumah, seperti asisten rumah tangga, tukang kebun dan lain-lain juga perlu diperhatikan.

Pay your self third

Walau THR memang harusnya di habiskan, habiskanlah di jalan yang benar. Maka saran buat investasi dari leher ke atas alias upgrade Kompetensi itu sesuatu yang mutlak dilakukan.

Selain mendongkrak karier dan network, Hari menyarankan juga memiliki konsekuensi ke THR pada tahun-tahun berikutnya.

Dimensi Masa Lalu

Utang adalah kegiatan masa lalu yang berjalan di masa sekarang. "Kita beli produk/jasa di masa lalu, tetapi tetap menghantuinya di masa sekarang. Jika itu utang baik, artinya bisa membiayai dirinya sendiri, misal utang buat beli apartemen, di mana apartemen tersebut disewakan hingga mendapatkan arus kas, itu mungkin tidak masalah," katanya, Senin (10/5).

Yang jadi masalah adalah ketika utang jelek atau utang super jelek seperti utang konsumtif, utang kartu kredit dan utang pinjol (pinjaman online). "Jika hari ini kita punya utang kartu kredit yang tidak bijak dalam penggunaannya dan pinjol (pinjaman online) yang bunganya mencekik leher, maka prioritas pelunasannya menjadi yang utama ketika mendapatkan THR."

Dimensi Masa Depan

Walau masa depan itu belum kejadian, tetapi masa depan adalah sebuah keniscayaan. Hari meminta ada antisipasi masa depan.

"Baik buat proteksi seperti dana darurat, tabungan jangka pendek dll maupun jangka panjang seperti dana pendidikan anak, biaya pensiun dll. Buatlah investasi yang sesuai alur dari siklus hidup keuangan kita hari ini," ujar Hari.

Ia mengatakan, misalnya kita belum menikah, maka buatlah persiapan dana hendak menikah. Juga jika ingin memiliki rumah kedua, perkebunan, pertanian atau pun berinvestasi di pasar modal, yang banyak sekali instrumen keuangannya.

Dimensi Masa sekarang

Setelah terbitnya THR, maka pos-pos berikut ini perlu di jalankan sesuai Protokol THR/Tunjangan Hari Raya. "Intinya bagaimana kita menikmati hari raya yang direncanakan. Bagi yang tidak mudik, maka banyak spending dana buat mimpi-mimpi keuangan lainnya," sambungnya.

Bagi yang mudik ke kampung halaman, maka beberapa tip berikut patut dicermati:

Mudik itu sendiri

Penggunaan kendaraan, baik itu pesawat terbang, kapal laut, kereta api, kendaraan umum seperti bus dan travel atau kendaraan pribadi masing-masing memiliki konsekuensi. Misal, jika kita bepergian via pesawat, berarti ada biaya tambahan seperti Rapid Test, atau PCR Swab.

Jika satu orang kena biaya Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta, maka jika membawa keluarga, tinggal dikalikan saja. Beda lagi jika membawa kendaraan sendiri, selama perjalanan dari tempat tinggal ke kampung halaman, ada biaya seperti makan, bensin dan biaya-biaya tidak terduga yang kita perlu antisipasi.

Open house

Halal bihalal memang dilarang, tapi berbagi kebahagiaan tidak dilarang. Misalnya amplop bagi keponakan.

Walau tidak ada kewajiban, tetapi jika memang ada dananya, lakukanlah dengan bijaksana dan terkendali.

Pulang ke tempat kerja

Ini yang menjadi sebuah fenomena menarik dan terjadi setiap tahun, begitu pulang kembali ke tempat kerja, tabungan menjadi minus. Di kampung gagah-gagahan layaknya orang sukses, tetapi keuangannya menderita.

"Jangan sampai mengharapkan masih ada gaji bulan berikutnya, malah ada PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), dan ini fatal sekali. Bijaklah dalam menggunakan THR, karena hidup harus terus berjalan, dan pandemi Covid-19 ini belum berakhir," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement