Senin 10 May 2021 16:53 WIB

Spiritualitas Kemanusiaan dalam Perspektif Islam Pesantren

KH Husein Muhammad menjelaskan tentang kemanusiaan dalam perspektif pesantren

Buku Sprititualitas Kemanusiaan; Perspektif Islam Pesantren karya Dr KH Husein Muhammad, Lc MA
Foto: Dok Istimewa
Buku Sprititualitas Kemanusiaan; Perspektif Islam Pesantren karya Dr KH Husein Muhammad, Lc MA

Oleh : Guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Dr Syihabuddin Qalyubi, Lc M Ag

REPUBLIKA.CO.ID, Pada pengujung 2019 saya mendapat undangan untuk menghadiri penganugerahan gelar doktor honoris causa untuk KH Husein Muhammad dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dalam bidang tafsir gender.

Kang Husein, demikian biasa saya panggil, kawan saya ketika studi di Al Azhar Mesir, beliau seorang kiai yang sangat produktif. Dari tangannya telah lahir puluhan buku dan sekitar seratusan artikel. Sprititualitas Kemanusiaan; Perspektif Islam Pesantren adalah salah satu dari sekian karyanya. 

Baca Juga

Buku ini merupakan hasil refleksi Dr KH Husein Muhammad terhadap segala hal yang dia cermati dari berbagai realitas kehidupan masyarakat yang ada sekarang ini. Dalam buku ini diungkapkan butir-butir penting dari spiritualitas nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan yang selama ini sering “dimajirnalkan.”  

Spiritualitas  yang dimaksud  adalah ritual, akal, sosial,politik, dan perempuan. Masing-masing tema diulas secara cermat dan mendalam dengan senantiasa mendasarkan argumentasi pemikirannya pada khazanah tradisi klasik Islam sebagaimana sudah menjadi ciri khas/ frame pemikirannya. 

Prof Dr KH Machasin MA, dalam kata pengantarnya mengulas bahwa apa yang dilakukan Kiai Husein mengandung banyak ketidaklaziman, kelangkaan, keunikan atau nawadir dalam pengertian aslinya. Suatu kejadian dicatat dalam nawadir karena dia nadirah, jarang terjadi dan mengandung pelajaran atau kelucuan. 

Realitas ditatap kiai Husein ini sebagai nyanyian ketuhanan yang memberi pelajaran, dengan pandangan yang mencari kearifan. Betapa banyak pandangan yang bersentuhan dengan realitas-realitas itu tanpa muncul pelajaran pada pemiliknya.

Betapa banyak orang membaca syahadat tauhid dan syahadat rasul, misalnya, tanpa tebersit dalam kesadarannya bahwa manusia setara di hadapan Allah SWT, dan bahwa telah datang nabi-nabi yang membawa agama-agama yang berbeda-beda. Semua sudah menjadi hal yang biasa, menjadi kerutinan, seakan-akan tidak bermakna lagi, lalu Kiai Husein mengulasnya dengan pendekatan spritualitas kemanusiaan, sehingga realitas-realitas itu tampak kebermaknaannya. 

Dr KH Husein Muhammad lahir di Cirebon, menyelesaikan pendidikan Pesantren Lirboyo, Kediri, melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ), lalu studi di Al-Azhar, Kairo Mesir. Sekembali dari Mesir kiai Husein mendirikan sejumlah lembaga swadaya masyarakat, antara lain: Rahima, Puan Amal Hayati, Fahmina Institute, Women Crisis Center Balqis dan Alimat. 

Sejak 2007 sampai 2014, dia menjadi Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan  Terhadap Perempuan. Pada 2006 memperoleh Award dari Pemerintah Amerika Serikat untuk “Heroes to End Modern-Day Slavery”, namanya tercatat dalam “ The 500 Most Influential Muslims. Pada 2019 mendapat gelar akademis doktor honoris causa dari Universitas Islam Walisongo Semarang. Pada  2020 mendapat penghargaan sebagai Ikon Pancasila 2020.  

Buku setebal 306 halaman ini mengupas tentang spiritualitas ritual, spritualitas akal, spiritualitas politik, dan spritualitas perempuan. Diterbitkan Penerbit Diva Press, cetakan Pertama Mei 2021. 

*Syihabuddin Qalyubi, guru besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement