Ahad 09 May 2021 13:41 WIB

Epidemiolog: Situasi Covid-19 di ASEAN Berpotensi Memburuk

Dicky khawatir Indonesia bakal mengalami nasib lonjakan Covid-19 seperti India. 

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ratna Puspita
[Ilustrasi] Petugas melakukan swab test antigen kepada pengunjung Rest Area 102 A Tol Cipali, Subang, Jawa Barat.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
[Ilustrasi] Petugas melakukan swab test antigen kepada pengunjung Rest Area 102 A Tol Cipali, Subang, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman memperingatkan alarm bahaya penyebaran Covid-19 di Asia Tenggara. Ia mengatakan, penyebaran Covid-19 dari India bisa menyasar negara tetangganya hingga ke Indonesia.

"Sekarang mulai Nepal, Bangladesh, bahkan di ASEAN seperti Kamboja, Thailand juga meningkat. Ini alarm bahwa situasi bisa berpotensi semakin buruk di ASEAN, termasuk Indonesia," kata Dicky kepada Republika, Ahad (9/5).

Baca Juga

Dicky khawatir Indonesia bakal mengalami nasib lonjakan Covid-19 seperti India. Karena itu, ia meminta Indonesia mewaspadai sebaran Covid-19 dari negara tetangga.

"Kondisi ini bagaimana kita lihat sebaran Covid-19 mulai serius ke Asia Tenggara, yang mana Indonesia ada disitu," ujar Dicky.

Ia mendesak pemerintah menjalankan langkah pencegahan dan penanganan semaksimal mungkin. Begitu juga masyarakat diharapkan meningkatkan kewaspadaan agar selalu menaati protokol kesehatan.

Dicky mengatakan, tren global Covid-19 semakin mengkhawatirkan dengan 157 kasus terkonfirmasi. Bahkan, angka kematian akibat penyakit asal China itu sudah mencapai 3,2 juta secara global.

"Potensinya (angka kematian setidaknya yang sesungguhnya minimal 2 kali lipat dari data yang ada berarti sekitar 6 juta," kata Dicky.

Saat ini, Dicky mengatakan, Amerika Serikat dan India masih mendominasi kasus terkonfirmasi dan kematian terbanyak Covid-19 di dunia. Sementara status India, ia mengatakan, enjadi episenter penularan Covid-19 di Asia sehingga negara-negara di sekitarnya berpotensi ikut mengalami lonjakan kasus serupa. 

Hal ini didasari pengamatan Dicky atas penularan Covid-19 yang sebelumnya terjadi di Amerika dan Eropa. "Untuk diketahui kalau 1 daerah jadi episenter maka daerah lain bisa terpengaruh akan meningkat kasusnya, ketika Amerika Serikat kena maka daerah di sekitarnya seperti Meksiko hingga Amerika latin juga rawan. Eropa pun begitu, ketika Prancis dan Italia meningkat, di sekitarnya juga meningkat," ucap Dicky.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan adanya kenaikan kasus Covid-19 secara global dalam kurun waktu satu minggu sejak 25 April hingga 2 Mei 2021 jika dibandingkan dengan jumlah kasus pada enam bulan pertama pandemi. Kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami lonjakan kasus baru tertinggi hingga 19 persen.

"Dari laporan mingguan WHO minggu lalu sampai 2 Mei disebutkan bahwa jumlah kasus global dalam dua minggu melebihi kasus selama enam bulan pertama pandemi. Jumlah yang sangat tinggi, dengan lebih dari 5,7 juta kasus per minggu," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat keterangan pers kedatangan vaksin tahap 12. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement