Sabtu 15 May 2021 00:10 WIB

Tips Memulai Bisnis Kuliner dan Jamu Kekinian

Skill, ketersediaan waktu dan jejaring penting dimiliki untuk memulai bisnis.

Minum jamu (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Minum jamu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap pebisnis punya resep masing-masing untuk memulai usaha. Retno Hemawati, wanita pegiat UMKM bidang jamu kekinian asal Wonosobo yang berdomisili di Jakarta di bawah label "Sejiwa" adalah salah satunya.

Dia yang memulai usaha sejak tahun 2018 lalu itu kini sudah bisa memasarkan produknya hingga Yogyakarta dan Semarang. Dia memanfaatkan layanan pesan antar yang menawarkan jasa sehari sampai tujuan.

Baca Juga

Bahkan di masa pandemi COVID-19, dia tak kehilangan pembeli produk jamunya mulai dari kunyit asem, gula asem, sambiloto, bunga telang nipis, jahe wangi, rosella, jus kacang ijom nipis madu, kejem (kencur, jahe, madu dan jeruk nipis) hingga mpon-mpon. "Sebenarnya dibilang sukses itu belum ya, tapi bagi saya, makna sukses itu kalau kita bisa belajar banyak tentang bisnis ini, bisa memperluas jejaring termasuk memperluas pasar," kata dia.

Dia lalu mengungkapkan tips bergelut di bidang jejamuan yang punya cita rasa manis tanpa gula sekaligus wangi. Tak hanya jamu, dia juga belakangan mulai menjajaki kuliner khas Jawa seperti Brongkos Yogyakarta, Rawon Setan Surabaya dan Babat Gongso Mercon ala Semarang.

Pertama, mengetahui dan pahami kekuatan. Retno menyoroti pentingnya skill, ketersediaan waktu dan jejaring dalam hal ini.Selanjutnya, mulailah berbisnis. Khusus untuk Anda yang tidak punya modal besar dan berniat menjalankan usaha dalam skala rumahan, mulailah dari apa yang ada.

"Misalnya Sejiwa ini membuat makanan dan jamu, itu modal awal, dasarnya kan sudah ada di dapur. Barang yang belum ada misalnya untuk pengemasan, label, ya itu wajarlah," kata Retno belum lama ini.

Ketiga, sebaiknya jangan berpikir apabila bisnis harus memulai dari modal besar. Menurut Retno, lebih baik Anda mulai dari modal kecil dan risiko kecil.

"Jangan berpikir saat awal, harus sewa kios di pinggir jalan, harus bayar pegawai, harus mendekorasi tempat, harus menyiapkan meja kursi. Ini yang bikin berat, mungkin Rp 20 juta saja tidak cukup," ucap Retno.

Berikutnya, dari sisi produk, Anda harus konsisten. Khusus untuk kuliner, ini berarti konsisten dari sisi rasa, ukuran kecuali ada penyesuaian harga. Penyesuaian harga-pun bisa dilakukan dengan dua cara yakni menaikkan harga barang atau menyajikan dengan ukuran yang lebih kecil, tapi harga tetap.

Selain itu, beri juga kesempatan pelanggan untuk meminta kekhususan. Misalnya, perlu menambah ini atau itu dengan biaya tambahan sehingga perlu dibuatkan khusus.Contoh lainnya, kini banyak orang yang menggemari cara hidup sehat sehingga Anda bisa mengurangi gula, garam, MSG, termasuk tidak menggunakan kemasan plastik berlebihan.

Langkah selanjutnya, rajin membuat status di berbagai media sosial. Retno mengatakan, tak apa bila orang sebatas melihat tanpa membeli, namun setidaknya mereka tahu bisnis Anda ada dan berjalan. Suatu saat tak menutup kemungkinan mereka akan beli.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement