Sabtu 08 May 2021 21:54 WIB

Pengamat: Prabowo Berhasil Tertibkan Kerja Sama Pertahanan

Diplomasi pertahanan yang dilakukan Menhan Prabowo Sharap membuahkan hasil.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) dan Chief of Air Force of Senegal BG Papa Souleymane SARR meninjau perlengkapan alutsista usai penyerahan pesawat bangsa CN235-220 MPA kepada Angkatan Udara Republik Senegal, di Hanggar Fixed Wing PT Dirgantara Indonesia (PTDI) di Bandung, Kamis (18/3).
Foto: Biro Humas Kemenhan
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) dan Chief of Air Force of Senegal BG Papa Souleymane SARR meninjau perlengkapan alutsista usai penyerahan pesawat bangsa CN235-220 MPA kepada Angkatan Udara Republik Senegal, di Hanggar Fixed Wing PT Dirgantara Indonesia (PTDI) di Bandung, Kamis (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Lawatan Prabowo Subianto ke sejumlah negara sejak menjabat sebagai Menteri Pertahanan disebut layak diapresiasi. Pengamat militer Binus University Curie Maharani menilai lawatan yang dilakukan Menteri Pertahanan sebagai upaya menertibkan kerja sama pertahanan kepada satu pintu melalui Kementerian Pertahanan.

Curie menuturkan, Prabowo yang menjabat sebagai Menhan periode 2019-2024 mendapati banyak pekerjaan rumah terkait rencana belanja dan kerja sama pertahanan yang belum tuntas dari periode sebelum-sebelumya. Ia mengatakan, lawatan Prabowo ke sejumlah negara seperti Inggris, Rusia, Jepang, hingga Korea Selatan menjadi diplomasi pertahanan untuk memperkuat modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista).

“Menhan berhasil menertibkan komunikasi dan prosesnya di bawah Kemhan. Dan untuk memperlancar hubungan kita dengan industri luar memang perlu ada intervensi pemerintah lewat diplomasi pertahanan. Perkenalan ini bisa buka potensi kerja sama yang lebih luas lagi,” kata Curie dalam keterangan, Sabtu (8/5).

Ia menambahkan, lawatan Prabowo memungkinkan Indonesia melakukan penjajakan pengadaan alutsista dengan negara produsen. Terutama yang tidak bisa dipenuhi industri pertahanan dalam negeri. Selain itu, Menhan Prabowo juga bisa menawarkan alutsista yang telah diproduksi Indonesia kepada negara sahabat.

Curie mengatakan, masyarakat Indonesia sangat berharap Prabowo bisa mencapai tahap itu dalam kebijakan alutsista nasional. “Kita harap Prabowo bisa mendobrak kesulitan pengadaan yang dialami pendahulunya,” ujar dia.

Pengamat militer Universitas Paramadina Anton Aliabbas mengatakan, insiden tenggelamnya KRI Nanggala-402 beberapa waktu lalu perlu menjadi pertimbangan Kemenhan dalam pengadaan alutsista. Ia berharap Kemenhan meninjau rencana pembelian alutsista sehingga tidak hanya meprioritaskan kuantitas, tetapi juga kualitas dari alutsista itu sendiri.

“Tidak perlu glorifikasi kita negara pertama beli alutsista apa, tapi standing kita beli alutsista yang battle proven untuk menghindari kejadian yang dialami kapal selam kita,” kata dia.

Sementara, pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, langkah Prabowo ibarat sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Ia mengatakan, lawatan Prabowo ke negara produsen alutsista layak diapresiasi. Sebab, tujuan lawatan itu untuk kepentingan pertahanan dan keamanan nasional.

“Peranannya sangat strategis dalam menghadapi permasalahan yang ada, terutama agar eskalasi tidak meningkatke arah konflik serta dapat saling memperkuat confidence building measures (CBM), keamanan hingga stabilitas kawasan,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement