Sabtu 08 May 2021 17:50 WIB

13 Juta Jiwa Telah Jalani Vaksinasi Dosis Pertama

Total warga yang telah disuntik vaksin dosis kedua adalah sebanyak 8,5 juta jiwa.

Peserta menunjukkan bekas suntikkan vaksinasi COVID-19 Astrazeneca di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Sabtu (8/5). Data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyatakan sebanyak 13.284.422 jiwa telah menjalani vaksinasi Covid-19 dosis pertama hingga Sabtu (8/5) pukul 12.00 WIB.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Peserta menunjukkan bekas suntikkan vaksinasi COVID-19 Astrazeneca di Sentra Vaksinasi Central Park dan Neo Soho Mall, Jakarta Barat, Sabtu (8/5). Data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyatakan sebanyak 13.284.422 jiwa telah menjalani vaksinasi Covid-19 dosis pertama hingga Sabtu (8/5) pukul 12.00 WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyatakan sebanyak 13.284.422 jiwa telah menjalani vaksinasi Covid-19 dosis pertama hingga Sabtu (8/5) pukul 12.00 WIB. Jumlah ini bertambah 147.736 orang dari hari sebelumnya.

Sementara yang mendapatkan vaksinasi dosis kedua bertambah sebanyak 127.595 jiwa atau total menjadi 8.583.854 jiwa. Adapun target sasaran vaksinasi sebanyak 40.349.049 orang.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menilai vaksinasi bisa menekan biaya kesehatan yang bisa saja meledak karena harus mendapatkan perawatan dan pengobatan intensif akibat gejala yang ditimbulkan dari suatu virus.

"Saya sangat mendukung program vaksinasi sebagai salah satu program utama di sektor promotif dan preventif, di luar program lainnya seperti skrining atau gerakan masyarakat menjaga hidup sehat," ujar Menkes dalam webinar Pekan Imunisasi Dunia yang dipantau dari Jakarta, Sabtu.

Menurutnya, biaya kesehatan di dunia terus tumbuh lebih besar daripada pertumbuhan ekonominya. Hal itu terjadi karena banyak biaya kesehatan yang dialokasikan untuk sektor kuratif (pengobatan).

Ia mencontohkan dalam perawatan pasien Covid-19, masyarakat yang dirawat dan diberikan obat-obatan bisa menghabiskan biaya jutaan bahkan ratusan juta bagi mereka yang masuk kategori bergejala berat. Sementara apabila dari awal dilakukan langkah promotif dan preventif, biaya yang dikeluarkan tidak akan sebesar itu. Gerakan masyarakat lain yang masuk kategori promotif dan preventif seperti kebiasaan hidup sehat, dinilai akan mampu menekan biaya kesehatan di sektor kuratif.

"Untuk preventif, misalkan kita alokasikan untuk membeli vitamin C, vitamin B, masker, atau alat olahraga. Saya rasa tidak sampai satu juta sebulan kita habiskan untuk alokasi biaya kalau kita fokusnya ke preventif dalam menghadapi Covid-19," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement