Sabtu 08 May 2021 13:03 WIB

'Islam Ajarkan Perhatian untuk Sesama dan Saling Berbagi'

Islam adalah agama yang sangat menekankan kasih sayang.

Berbagi (ilustrasi)
Foto: antara
Berbagi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam mengajarkan satu hal yang penting bahwa menyucikan diri harus diekspresikan dengan berbagi. Jangan pernah merasa paling suci jika tidak pernah berbagi dan memberi manfaat kepada yang lain. Oleh karena itu, orang Islam diharapkan menyucikan diri dengan cara berbagi kepada sesama dan untuk bangsa ini.

Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (Ketum PB MA) KH Embay Mulya Syarief mengatakan bahwa sesungguhnya agama islam adalah agama yang sangat menekankan kasih sayang. Dirinya mengutip ucapan Menkopolhukam Mahfud MD yang mengatakan bahwa tidak ada gunanya sholat kalau tidak peduli sosial.

"Bagaimana bisa kita begitu saja melihat saudara-saudara kita yang misalnya harus kelaparan itu, yang mana akibat kelaparan, akibat kemiskinan mereka akhirnya bisa jadi terpapar paham-paham radikal intoleran," ujar KH Embay Mulya Syarief, Jumat (7/5).

Lebih lanjut, dirinya menyampaikan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan ‘Kaadal faqru an yakuuna kufran’, yang artinya bahwa kemiskinan itu, kefakiran itu, akan menjerumuskan seseorang kepada kekufuran”.

Oleh karena itu, kemudian ia menyampaikan bahwa Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda ‘irhamu man fil ardi, yarhamkum man fissamaa’, yang artinya ‘sayangi yang ada di bumi, maka niscaya engkau akan disayangi oleh yang ada di langit”.

”Jadi sebetulnya kan tidak seberapa kita membayar zakat, seperti zakat ftrah misalnya, itu tidak seberapa, kemudian kita membayar zakat ma’al. Pada dasarnya kan harta kita itu bukan punya kita, kita ini tidak punya apa-apa karena semua hanya milik allah,” tuturnya.

Kiai Embay mengatakan "lahuma fissamawati wama fil ardi atau "semuanya yang ada di langit dan di bumi ini adalah kepunyaan Allah”. Oleh sebab itu, dirinya menyampaikan bahwa harta yang dititipkan kepada kita itu oleh Allah diwajibkan untuk diberikan (dizakatkan) hanya sebesar 2,5 persen saja dari yang kita miliki.

”Nah, oleh karena itu kan keterlaluan, orang yang sudah diberikan begitu banyak tetapi tidak melakukan zakat,” jelas pria yang juga merupakan salah satu tokoh penggagas berdirinya provinsi Banten ini.

Pria yang juga anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten itu mencontohkan misalnya ada orang yang memiliki harta sebesar 100 juta, maka 2,5 persennya wajib untuk berikan ke orang lain, sementara ongkosnya itu 97,5 persen. Ia menyebut bahwa ongkos kirim dari Allah ini jauh lebih besar, padahal yang disuruh untuk disampaikan itu hanya 2,5 persen yang sisanya 97,5 persen itu untuk yang mengirimkan

”Jadi logikanya seperti itu. Jadi sebetulnya zakat itu tidak ada susahnya, tinggal orang menyadari bahwa rezeki itu datang dari Allah, kepunyaan Allah,” ungkap mantan Ketua bidang Ekonomi PB Mathla'ul Anwar   ini.

Selain itu, ulama kelahiran Pandeglang, Banten, itu juga berpesan bahwa seseorang dalam beribadah itu tentunya juga harusl berilmu. Karena ia menyebut, jika ibadah itu dilakukan tanpa ilmu, lalu bisa ngaji dengan semangat tinggi sementara ilmunya kurang, maka yang terjadi adalah bukan tidak mungkin dia akhirnya bisa bikin bom bunuh diri dan segala macam itu.

“Semangatnya tinggi, tapi ilmunya kurang. Nah, maka dari itu teruslah belajar menuntut ilmu, menuntut ilmu dalam islam itu hukumnya wajib. Dari mulai di dalam kandungan sampai dengan ke liang lahat. Tidak boleh merasa bahwa saya sudah pintar, saya sudah tahu segala macam,” katanya menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement