Jumat 07 May 2021 05:11 WIB

Kurang Ambulans, India Pakai Bajaj untuk Angkut Pasien Covid

Keluarga harus membayar mahal kepada operator ambulan swasta untuk angkut pasien.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
 Agen penghitung dalam pakaian pelindung berdiri selama penghitungan suara pemilihan majelis negara bagian Assam di Gauhati, India, Minggu, 2 Mei 2021. Dengan rumah sakit India berjuang untuk mengamankan pasokan oksigen yang stabil, dan lebih banyak pasien COVID-19 meninggal di tengah kekurangan.
Foto: AP/Anupam Nath
Agen penghitung dalam pakaian pelindung berdiri selama penghitungan suara pemilihan majelis negara bagian Assam di Gauhati, India, Minggu, 2 Mei 2021. Dengan rumah sakit India berjuang untuk mengamankan pasokan oksigen yang stabil, dan lebih banyak pasien COVID-19 meninggal di tengah kekurangan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India mengarami kekurangan ambulans di New Delhi. Hal ini membuat pemerintah kota setempat mengubah beberapa bajaj yang ada menjadi ambulans darurat untuk mengangkut pasien COVID-19.

Ambulans yang sebenarnya sulit didapat karena kasus yang terus naik sehingga memberatkan sistem perawatan kesehatan. Keluarga harus membuat pengaturan sendiri termasuk membayar jumlah selangit kepada operator ambulans swasta untuk membawa orang sakit ke rumah sakit.

Baca Juga

Pemerintah Delhi, bekerja sama dengan organisasi nirlaba, telah membuat lebih dari dua belas bajaj dengan pembersih tangan dan masker, sementara tabung oksigen disediakan berdasarkan kebutuhan. Layanan yang dimulai secara resmi pada Selasa (5/5) ini gratis.

Pengemudi bajaj Raj Kumar membawa pasien ke Rumah Sakit Lok Nayak Jai Prakash Narayan, fasilitas terbesar di Delhi, yang dipenuhi dengan pasien COVID-19.

"Kita semua harus membantu satu sama lain saat ini untuk keluar dari situasi ini,” kata Kumar, dengan menggunakan APD. Ada sekat plastik antara dia dan penumpang di belakang.

"Jika semua orang tetap di rumah karena mereka takut, lalu siapa yang akan membantu mereka yang membutuhkan?" tambahnya.

Mohit Raj, pendiri dan direktur eksekutif yayasan Turn Your Concern Into Action, mengatakan rencana sejauh ini menunjukkan bahwa skema tersebut membutuhkan lebih banyak kendaraan.

"Sekarang kami menerima panggilan tidak hanya dari pasien COVID tetapi dari pekerja lini depan yang tidak dapat menemukan alat angkut pasien, serta dari orang dengan penyakit lain," katanya.

Raj menambahkan, ia telah menerima permintaan dari bagian lain negara itu untuk memulai layanan di sana.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement