Kamis 06 May 2021 13:27 WIB

Rumah Zakat Raih Predikat WTP 15 Kali Berturut-turut

Semua lembaga amil zakat harus bersedia diaudit syariat dan keuanganya

Rep: umar mukhtar/ Red: Hiru Muhammad
Bank Syariah Indonesia (BSI) menggandeng Rumah Zakat memberikan 1.000 paket Berbagi Buka Puasa kepada masyarakat. Paket BBP telah didistribusikan dengan Warteg Mobile kepada masyarakat di wilayah Kota Bandung yakni Padasuka, Babakan Sari dan Sukapada dan masih akan berlangsung di beberapa wilayah Kota Bandung.
Foto: Rumah Zakat
Bank Syariah Indonesia (BSI) menggandeng Rumah Zakat memberikan 1.000 paket Berbagi Buka Puasa kepada masyarakat. Paket BBP telah didistribusikan dengan Warteg Mobile kepada masyarakat di wilayah Kota Bandung yakni Padasuka, Babakan Sari dan Sukapada dan masih akan berlangsung di beberapa wilayah Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Rumah Zakat berhasil meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk yang ke-15 kalinya secara berturut-turut. CEO Rumah Zakat, Nur Efendi merasa bersyukur dengan raihan opini tertinggi dalam bidang audit keuangan 15 kali berturut-turut.

"Doakan kami agar selalu amanah dan profesional dalam mengelola dana zakat, infak, sedekah, wakaf (Ziswaf) dan kemanusiaan untuk kebermanfaatan yang lebih luas," ujar Nur dalam keterangan yang diterima, Kamis (6/5).

Sesuai dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, semua lembaga amil zakat harus bersedia diaudit syariat dan keuangan. Salah satu tantangan bagi pengelola zakat adalah memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Dengan melakukan audit keuangan, dapat meningkatkan kepercayaan terhadap Rumah Zakat.

Selain itu, Rumah Zakat sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional juga mendapat akreditasi A pada audit syariah Kementerian Agama pada 2018, dengan nilai akreditasi 99,62 dan kepatuhan syariah 97,22. Kemudian pada 2020, Rumah Zakat bersama para donatur berupaya membantu 190.820 penerima manfaat terdampak Covid-19 melalui program Bersama Hadapi Corona. Mulai dari program edukasi, kesehatan, jaminan sosial, ekonomi hingga ketahanan pangan.

Di antara kegiatannya ialah sosialisasi Covid-19 dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di 485 titik, penyaluran 372.542 paket makanan dan suplemen, penyaluran 292.306 masker untuk Indonesia, 13.267 perlengkapan kesehatan, 1.204 bantuan UMKM, dan 19 titik lumbung pangan.

Nur juga menyampaikan, Rumah Zakat berpartisipasi aktif dalam merespons berbagai peristiwa bencana yang terjadi di Indonesia. Sebanyak 2.914 relawan kemanusiaan beraksi di 257 titik bencana untuk membantu 126.146 penerima manfaat.

"Kami selalu berupaya menjadi yang terdepan dalam merespons bencana yang terjadi di Indonesia. Para relawan di lapangan selalu berkoordinasi dengan tim Basarnas dan juga Pemda setempat sehingga aksi yang dilakukan dapat lebih optimal," tutur Nur.

Rumah Zakat sebelumnya juga meraih penghargaan 20 Indonesia Corporates Pandemic Heroes 2020-2021 versi Majalah SWA. Penghargaan ini diberikan kepada 20 perusahaan/organisasi yang memiliki inisiatif sosial dalam upaya menanggulangi dampak pandemic Covid-19.

"Terimakasih sahabat atas kolaborasi yang membanggakan selama ini. Semoga kita dapat membantu lebih banyak masyarakat yang terdampak pandemi di Bulan Ramadhan ini. Rumah Zakat terus berkomitmen untuk membantu masyarakat terdampak pandemi melalui program-program pemberdayaan terutama di bidang ekonomi," ujar Nur.

Adapun pendekatan program yang dilakukan Rumah Zakat dalam membina para penerima manfaat adalah Desa Berdaya, sebuah proses pemberdayaan terintegrasi yang disesuaikan dengan potensi desa.

Saat ini terdapat 1.686 Desa Berdaya di 1.203 kecamatan 285 kabupaten kota 33 Provinsi yang masing-masing didampingi oleh fasilitator pemberdayaan bernama relawan inspirasi. Tahun ini ditargetkan ada 1.700 desa berdaya dibangun agar lebih banyak masyarakat yang terbantu.

Nur menyampaikan, salah satu target Rumah Zakat ialah menjadikan mustahik naik kelas menjadi muzakki. Melalui program-program pemberdayaan, masyarakat yang kurang mampu menjadi mampu dan berdaya.

Termasuk juga pada aspek kesehatan yang memberi kemudahan akses kepada mustahik dalam mendapatkan fasilitas kesehatan, dengan mendirikan rumah sakit, klinik dan memberi kemudahan di daerah-daerah yang sulit mendapatkan akses kesehatan. "Ini bagian peran filantropi yang selama ini ada dan dirasakan oleh masyarakat," tuturnya.

Nur melanjutkan, orang Indonesia memiliki tingkat kedermawanan yang tinggi bahkan di tingkat dunia. Adanya budaya gotong-royong di tengah masyarakat menguatkan budaya berbagi. Ia mengatakan, kedermawanan masyarakat harus didukung dengan berbagai inovasi pengelolaan sehingga filantropi di Indonesia semakin baik, tumbuh, dan profesional.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement