Kamis 06 May 2021 11:39 WIB

Tren Penurunan Harga Emas Jadi Momentum untuk Beli

Harga emas berjangka mengalami penurunan pada penutupan tahun hingga ke Januari.

Pelemahan harga emas berjangka sejak awal 2021 merupakan momentum untuk aksi buy atau beli bagi investor di perdagangan berjangka komoditas, guna meraih peluang untung. Harga emas mengalami tren penurunan sejak awal tahun ini.
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Pelemahan harga emas berjangka sejak awal 2021 merupakan momentum untuk aksi buy atau beli bagi investor di perdagangan berjangka komoditas, guna meraih peluang untung. Harga emas mengalami tren penurunan sejak awal tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan harga emas berjangka sejak awal 2021 merupakan momentum untuk aksi buy atau beli bagi investor di perdagangan berjangka komoditas, guna meraih peluang untung. Harga emas mengalami tren penurunan sejak awal tahun ini.

"Pelemahan harga emas saat ini menjadi momentum yang tepat bagi para investor di pasar perdagangan berjangka untuk melakukan aksi buy," kata Direktur PT Equityworld Futures (EWF) Hartono Gunawan di Jakarta, dikutip Kamis (6/5).

Baca Juga

Ia menjelaskan harga emas mengalami penurunan dari 1.890 dolar AS per troi ons pada penutupan akhir tahun 2020 dan terus merosot sepanjang Januari 2021. Logam mulia itu, lanjut dia, tercatat mengalami koreksi 2,67 persen di level 1.846.09 dolar AS per troi ons, dengan level tertinggi 1.959,01 per troi ons pada 6 Januari 2021.

Setelah mencapai level tertinggi tersebut, kata Hartono, emas seakan sempoyongan meski sempat kembali bertenaga saat Joe Biden dilantik menjadi Presiden AS ke-46 pada 20 Januari 2021. Setelah itu harga emas kembali merosot, menguat sebentar, setelah itu melemah kembali semakin menjauhi angka 1.800 dolar AS per troy ounce.

"Secara teknikal, tren bullish harga emas berjangka mulai pudar. Kenaikan harga sepanjang tahun 2020 terus melandai," ujar Hartono.

Level resistance harga emas diperkirakan 1.848 dolar AS per troi ons pada kuartal II tahun ini. Sementara, level support diprediksi 1.706 dolar AS per troi ons.

Ia mengatakan kasus lonjakan Covid-19 di India telah mempengaruhi permintaan emas dunia dan kehadiran mata uang kripto diangkat menjadi aset safe haven pengganti emas. Sehingga sebagian besar investor mengalihkan dana mereka untuk berinvestasi di mata uang digital itu.

Baca juga : Pemprov Jabar Larang ASN Terima Gratifikasi Saat Lebaran

"Beberapa faktor tersebut membuat emas semakin tertekan. Diprediksi hingga akhir tahun ini harga emas akan tetap berada pada tren bearish," ujar Hartono.

Kendati demikian, lanjut dia, pada pada perdagangan emas berjangka peluang keuntungan bisa didapat tidak hanya saat harga emas sedang naik, namun juga saat terjadi sebaliknya. 

Lebih jauh ia mengemukakan sebagai perusahaan perdagangan berjangka EWFfokus pada penawaran emas berjangka yang telah memberi kontribusi 80 persen transaksi. Sisanya para investor masuk ke perdagangan indeks Hang Seng (Hong Kong) dan indeks Nikkei (Jepang) dan beberapa mata uang seperti euro dan aussie.

"Kami menargetkan tahun 2021, volume transaksi mencapai 1,1 juta lot, dengan target nasabah baru 5.000 nasabah," kata Hartono.

Saat ini, kata dia, EWF didukung oleh 2.000 tenaga pialang, yang ditargetkan sampai akhir tahun 2.500 pialang.

"Dengan meningkatkan jumlah tenaga pialang, kami berharap dapat membantu perluasan lapangan kerja di Indonesia. Belum banyak yang melirik profesi ini karena belum diedukasi dengan baik. Padahal penghasilan dari profesi ini dengan fokus 1-2 tahun bisa menghasilkan Rp 30- Rp 50 juta per bulan," kata Hartono.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement