Kamis 06 May 2021 05:00 WIB

Serikat Buruh Kolombia Berencana Demo di Seluruh Negeri

Protes ini awalnya menentang rencana reformasi pajak yang kini sudah dibatalkan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Para pengunjuk rasa berbaris selama pemogokan nasional untuk memprotes reformasi pajak yang diusulkan pemerintah di Bogota, Kolombia, Rabu, 28 April 2021.
Foto: AP/Fernando Vergara
Para pengunjuk rasa berbaris selama pemogokan nasional untuk memprotes reformasi pajak yang diusulkan pemerintah di Bogota, Kolombia, Rabu, 28 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Serikat buruh Kolombia berencana menggelar unjuk rasa di seluruh negeri di hari kedelapan protes anti-pemerintah. Rencana ini disampaikan setelah kekerasan terhadap pengunjuk rasa di ibu kota Bogota semakin memburuk.

Protes ini awalnya menentang rencana reformasi pajak yang kini sudah dibatalkan. Namun tuntutan unjuk rasa meluas hingga mengatasi kemiskinan, kekerasan polisi yang dilaporkan para pengunjuk rasa, dan isu-isu lainnya.

Baca Juga

Unjuk rasa dan dorongan dari anggota parlemen dari partai oposisi akhirnya membuat rencana reformasi pajak dibatalkan dan menteri keuangan mengundurkan diri. Akan tetapi kondisi ini juga memicu kekerasan yang dilakukan polisi.

Dalam unjuk rasa Rabu (5/5) kemarin, demonstran menuntut adanya jaminan pendapatan universal, pencabutan rencana reformasi kesehatan, dan pembubaran polisi anti huru-hara ESMAD. Karantina nasional yang dipicu pandemi Covid-19 mendorong angka kemiskinan Kolombia naik sampai di angka 42,5 persen.

Hal ini memperburuk kesenjangan ekonomi dan merusak kemajuan pembangunan yang sempat diraih Kolombia. Pada tahun 2020 jumlah orang yang masuk dalam kategori sangat miskin bertambah 2,8 juta jiwa.

Selasa (4/5) lalu Presiden Ivan Duque mengatakan pemerintah akan membuka ruang untuk mendengarkan rakyat. Serupa dengan yang ditawarkan ke pengunjuk rasa pada demonstrasi tahun 2019. Banyak kelompok termasuk serikat buruh besar mengatakan Duque gagal memenuhi janjinya.

Wali kota Bogota Claudia Lopez mengatakan 30 warga sipil dan 16 petugas polisi terluka dalam unjuk rasa di malam ketujuh Selasa kemarin. Massa bersorak 'bakar hidup-hidup' ke sepuluh petugas sambil membakar sebuah kantor polisi.

"Tingkat kehancuran,kekerasan, serangan terhadap warga, terhadap properti publik, dan terhadap polisi tidak dapat dipercaya," kata Lopez.

Senin (3/5) lalu ombudsman hak asasi manusia Kolombia mengonfirmasi 18 kematian pengunjuk rasa dan satu orang petugas polisi. Sebagian besar di Kota Cali. Sejak itu ombudsman belum mengumumkan lagi jumlah korban tewas.

Namun menteri keamanan Kota Cali melaporkan korban tewas bertambah lima orang sehingga total korban tewas selama unjuk rasa menjadi 20. Kelompok hak asasi manusia memprediksi jumlah sebenarnya lebih banyak lagi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement