Rabu 05 May 2021 16:20 WIB

Perlindungan Kelompok Rentan Dinilai Belum Tepat Sasaran

Di masa pandemi Covid-19 saat ini banyak kelompok rentan yang semakin terdampak.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Direktur Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (SAPDA), Nurul Saadah Andriani
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah
Direktur Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (SAPDA), Nurul Saadah Andriani

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sentra Advokasi Perempuan, Difabel dan Anak (Sapda) menilai skema perlindungan sosial terhadap kelompok rentan masih belum tetap sasaran di Kota Yogyakarta. Baik itu perlindungan sosial terhadap penyandang disabilitas, lansia, hingga perempuan kepala rumah tangga.

Penilaian tersebut didasarkan perbandingan data yang telah dihimpun Sapda di beberapa kecamatan di Kota Yogyakarta dengan data yang ada di Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta. Direktur Sapda, Nurul Saadah mengatakan, data menunjukkan masih banyak kelompok rentan yang belum mendapatkan perlindungan sosial.

Berdasarkan data Pemkot, kata Nurul, khusus untuk penyandang disabilitas mencapai 3.700 orang se-Kota Yogyakarta. Sedangkan, anak penyandang disabilitas sekitar 317 orang dan lansia penyandang disabilitas mencapai 1.100 orang.

"Setelah kami lihat, dari sisi kelurahan bisa lebih dari itu. Contohnya, kami himpun di tiga kecamatan yang di situ ada enam kelurahan ditemukan 200-an anak disabilitas. Sedangkan, data se-Yogyakarta di dinas sosial yang masuk 317-an anak," kata Nurul di Pendopo Kantor Kecamatan Kotagede, Yogyakarta, Rabu (5/5).

Hal tersebut menyebabkan skema perlindungan sosial oleh Pemkot Yogyakarta belum tepat sasaran. Sehingga, masih ada kelompok rentan belum mendapat perlindungan sosial yang belum tepat.

"Sebetulnya, (penghimpunan data oleh Sapda merupakan) cara kami melacak (kelompok rentan yang belum terdata) agar Pemkot Yogyakarta menempatkan sasaran (perlindungan sosial) yang lebih pas," ujarnya.

Pihaknya pun mendorong pemerintah agar kelompok rentan menjadi prioritas untuk mendapatkan perlindungan sosial. Terlebih, di masa pandemi Covid-19 saat ini banyak kelompok rentan yang semakin terdampak, terutama di sisi ekonomi.

"Sebetulnya ada kelompok yang tadinya sebelum pandemi mereka tidak miskin atau menengah. Tapi saat Covid-19 kehilangan semuanya, apalagi bagi temen-teman kelompok rentan yang mempunyai anggota keluarga disabilitas dan lansia, itu pastinya akan mempunyai persoalan," jelas Nurul.

Pihaknya pun mendistribusikan bantuan sembako bagi kelompok rentan yang terdampak pandemi di tiga kecamatan di Kota Yogyakarta. Mulai dari Kecamatan Kotagede, Jetis dan Wirobrajan dengan total penerima manfaat sebanyak 1.750 orang.

Nurul menjelaskan, penerima bantuan tersebut terdiri dari 891 lansia, 535 penyandang disabilitas, 188 perempuan kepala rumah tangga, 60 anak penyandang disabilitas, 44 perempuan pencari nafkah utama dan 21 orang dari kelompok seksual minoritas.

"Para penerima bantuan merupakan kelompok yang mudah terdampak pandemi. Mereka kehilangan sumber penghidupan karena mayoritas bergantung pada anggota keluarga lain dan sulit menjangkau akses ekonomi," katanya.

Ia berharap, pemberian bantuan sembako ini dapat menjadi awal agar adanya perhatian pemerintah untuk kelompok rentan di Kota Yogyakarta. Sehingga, dapat menjadi prioritas berbagai program-program pemberdayaan dan perlindungan sosial.

Walaupun begitu, Nurul menyebut pihaknya juga akan terus berupaya untuk membantu dan mendampingi kelompok-kelompok rentan. Terkait data yang dihimpun, akan disampaikan ke pemerintah sebagai acuan dalam menjalankan program untuk kelompok rentan.

"Sebetulnya kita bisa kerja sama karena Pemkot Yogyakarta punya program-program yang bisa kita kerja samakan," katanya menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement