Pengertian Itikaf Menurut Bahasa Arab

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil

Rabu 05 May 2021 18:01 WIB

Pengertian Itikaf Menurut Bahasa Arab. Foto: Ilustrasi Itikaf Foto: Antara/Wahyu Putro A Pengertian Itikaf Menurut Bahasa Arab. Foto: Ilustrasi Itikaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketika sampai pada 10 malam terakhir Ramadhan umat Islam direkomendasikan untuk mencari malam Lailatul Qadar dengan cara itikaf. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Abu Hurairah jika Rasulullah SAW biasa beritikaf pada setiap bulan Ramadhan selama 10 hari dan pada akhir hayat beliau melakukannya selama 20 hari.

Kemudian Apa yang dimaksud dengan Itikaf? Candra Nila Murti Dewojati dalama bukunya "Strategi Jitu Meraih Lailatul Qadar" menuliskan, menurut bahasa Arab Itikaf berarti merutinkan menjaga sesuatu, atau bisa berarti menetap di atas sesuatu atau dalam melakukan sesuatu.

Baca Juga

"Sehingga menyebabkan seseorang atau dirinya berdiam diri di masjid mengerjakan ibadah yang di dalamnya disebut letak "mutakifun atau afikun".

Hal ini bisa dilihat dalam shahih fiqih Sunnah. Itikaf memang harus dilakukan di masjid, hal ini karena ada salah satu ayat yang menyatakan"....tetapi janganlah kamu mencampuri mereka itu, sedangkan kamu beritikaf di dalam masjid.. (Baqarah ayat 187).

Hal tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa itikaf, syariatnya berada di dalam masjid. Rasulullah SAW beserta para istrinya pun melakukan itikaf di masjid dan terpeting para wanita juga boleh melakukan itikaf asalkan mendapat izin dari suaminya dan tidak menimbulkan fitnah oleh orang-orang.

Menurut mayoritas ulama, itikaf di isyaratkan di masjid mana saja karena terdapat firman Allah SWT seperti yang ditulis di atas yaitu ".. sedangkan kamu beritikaf di dalam masjid" .

Namun ada juga perbedaan pendapat mengenai hadis yang membahas tentang masjid mana saja yang diperbolehkan untuk beritikad. Pendapat itu masih diisyaratkan apakah statusnya marfu atau maukuf.

Menurutnya ada beberapa hikmah dalam itikaf, yakni selain untuk membuktikan diri secara jasmani dan nyata bahwa dirinya tunduk, patuh, taat, cinta kepada Allah SWT dan rasul-Nya, dan hanya mengharapkan pahala Ridhonya. Jika seseorang yang tinggal di masjid, menyepi dari hingar bingar dunia akan lebih mudah diharapkan untuk memerangi hawa nafsunya.

"Karena masjid masih dirasa sebagai tempat ibadah dalam membersihkan jiwa, mendidik kesucian hati lebih mendekatkan diri secara lebih intens dalam membersihkan jiwa," katanya.

Candra mengatakan, memang tidak dapat dimungkiri bahwa beritikaf di 10 hari terakhir itu tidak lain dan tidak bukan karena keinginan yang kuat untuk meraih Lailatul Qadar.

 Rasulullah SAW bersabda.

"Apabila tiba Lailatul Qadar maka malaikat jibril turun ke dunia bersama kumpulan para malaikat dan akan berdoa bagi orang yang mendirikan salat malam dan duduk mengingat Allah. Dan pada hari Idul Fitri, Allah akan membangga-banggakan mereka di hadapan para malaikat itu" (HR Baihaqi).

Ali Yusuf