Rabu 05 May 2021 02:30 WIB

Wasathi Tegaskan Peran Khatib Sebagai Agen Islam Moderat  

Wasathi menilai pentingnya peran sentral khatim Jumat

Wasathi menilai pentingnya peran sentral khatim Jumat.
Foto: Dok Istimewa
Wasathi menilai pentingnya peran sentral khatim Jumat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Para khatib Jumat memiliki peran sentral sebagai agen narasi agama yang moderat.

Hal ini disampaikan pembina Wadah Silaturahim Khotib Indonesia (Wasathi), KH Arif Fahrudin, dalam Workshop Khotib Moderat 2021 dengan mengangkat tema, “Penguatan Literasi Moderasi Islam Melalui Khatib Jumat” yang diselenggarakan di Gedung Graha Mental Spiritual Lt. 6 Jl. Awaluddin II Tanah Abang Jakarta Pusat, Selasa (4/5).  

Baca Juga

Dia menjelaskan bahwa khatib memiliki otoritas dalam menasihati dan mengarahkan jamaah Jumat agar menghindari pemikiran dan perilaku yang menciderai persaudaraan beragama, persaudaraan berbangsa, dan persaudaraan kemanusiaan. Maka, khatib Jumat sangat efektif dalam meredam hoaks, ujaran kebencian, dan adu domba antar sesama elemen bangsa.  

Tak hanya itu dia juga menekankan dalam kondisi wabah Covid-19 yang belum usai di Indoenesia ini peran khatib Jumat bisa memberikan dukungan maksimal kepada pemerintah dan ulama.  

“Terlebih di masa wabah Covid-19 yang masih melanda Indonesia saat ini, khatib Jumat bisa memberikan dukungan maksimalnya kepada pemerintah dan ulama yang sedang berjuang keras mengentaskan rakyat Indonesia dari ujian kesehatan, mental, dan ekonomi sebagai imbas wabah Covid-19 ini,” ungkap pembina Wasathi yang juga Wakil Sekretaris MUI Pusat ini. 

Dalam kesempatan yang lain, Ketua Umum DPP Wasathi, Ustadz Fauzan Amin, memaparkan tentang moderasi khutbah Jumat. Moderasi khutbah Jumat adalah cara pandang dalam memahami serta mengamalkan ajaran yg terkandung dalam khutbah yang selalu moderat. Moderat di sini dalam arti tidak berlebih-lebihan atau ekstrem. Baik dari sisi kualitas atau kuantitas. 

Dari segi kualitas, lanjutnya, penting seorang khatib memahami metode yang baik, pendalaman materi keagamaan yg mempuni serta mampu beraktualisasi dengan kebutuhan umat.

Dari segi kuantitas tambahnya, seorang khatib harus memahami psikologi audien seperti khutbah jangan terlalu lama, bertele-tele, menoton, yang membuat jamaah memilih tertidur karena isi itu-itu saja sepanjang tahun. 

“Wasathi mengusung konsep al-muhafadhatu ‘ala qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah yakni ‘memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik,” terang Ustadz Fauzan Amin

Dengan tema "moderasi" lanjutnya, diharapkan para khatib  kedepan lebih bisa membumikan materi khutbah di tengah kerinduan spritual jamah. 

“Selain continue mengerakkan program diklat khatib, Wasathi juga menyediakan materi "buku khutbah Islam Kebangsaan" buku ini cocok bagi khatib pemula maupun khatib yang sudah profesional,” ujar dia. 

Ketua pelaksana kegiatan workshop, Asroni Al-Paroya, memaparkan bahwa kegiatan ini penting dilaksanakan karena melihat konsep moderasi Islam saat ini telah menjadi arah atau alur pemikiran Islam dan menjadi diskursus penting dunia Islam dewasa ini. 

“Karena Konsep moderasi Islam menjadi diskursus penting dewasa ini, maka seyogianyalah para khatib ataupun para calon khatib betul-betul memahami alur moderasi Islam itu tersendiri, sehingga materi khutbah yang dia sampaikan itu relevan dengan situasi dan kondisi kebutuhan rohani dari setiap jamaah / atau mad’unya,” kata dia. 

Hadir sebagai keynote speakers yaitu Dr KH Samsul Ma’arif, Ketua PWNU DKI Jakarta, dan narasumber adalah Dr KH Habib Ali Hasan Al-Bahar, Pengurus Rabithah Alawiyah, KH Jamaluddin F Hasyim, Ketua KODI DKI Jakarta dan Ustadz Muhammad Latif, dosen dan pengurus KODI DKI Jakarta. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement