Selasa 04 May 2021 12:53 WIB

Guru Berkostum Badut Mengajar Mengaji di Panti Asuhan

Guru berkostum badut mengajar mengaji secara sukarela di panti asuhan

Yahya Edward Hendrawan (38) ditemani anak nya Mirza (6) mengenakan kostum badut mengajar mengaji di Yayasan Darussalam An-Nur, Pinang, Tangerang, Jawa Barat, Kamis 29 April 2021. Mengajar ngaji menggunakan kostum badut bertujuan untuk memotivasi anak-anak agar tetap semangat belajar sekaligus untuk menghibur anak didiknya.
Foto: Anadolu Agency
Yahya Edward Hendrawan (38) ditemani anak nya Mirza (6) mengenakan kostum badut mengajar mengaji di Yayasan Darussalam An-Nur, Pinang, Tangerang, Jawa Barat, Kamis 29 April 2021. Mengajar ngaji menggunakan kostum badut bertujuan untuk memotivasi anak-anak agar tetap semangat belajar sekaligus untuk menghibur anak didiknya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak kurang dari 10 menit, wajah Yahya Edward Hendrawan (38) sudah penuh dengan riasan warna-warni, lengkap dengan aksesoris hidung bulat ala badut.

Usai merias wajahnya, Yahya kemudian memanggil Mirza, putra bungsunya yang masih berusia lima tahun. Dengan tangan terampil, Yahya hanya perlu waktu sekitar lima menit menghias wajah anaknya seperti dia.

“Saya sudah hafal, mesti dandan kaya gini,” kata dia sambil tertawa.

Setelah rampung urusan rias merias, mereka berganti kostum badut dan bergegas meninggalkan rumahnya di Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten menggunakan sepeda motor.

Sekitar 10 menit kemudian mereka sudah sampai di Panti Asuhan Darussalam An-Nur, Tangerang. Tepatnya mereka tiba pukul 13:30 WIB.

Bagi keduanya, Panti Asuhan Darussalam An-Nur bukan tempat yang asing. Yahya sudah 13 tahun mengajar mengaji di panti tersebut setiap hari tanpa memungut biaya.

Namun 11 tahun terakhir dia mulai mengajar menggunakan kostum badut.

Kedatangan Yahya dan bacil atau badut cilik --sebutan untuk Mirza-- sudah ditunggu oleh anak-anak panti asuhan yang berjumlah sekitar 30 orang.

Sebelum memulai mengajar, dia terlebih dahulu menyapa anak-anak panti asuhan dengan jenaka. Tak ketinggalan atraksi sulap seperti melepas merpati dan membuka buku dengan kobaran api dia lakukan untuk menyemangati anak-anak.

Usaha Yahya berhasil, anak-anak kegirangan sambil bertepuk tangan. Tak berhenti sampai di situ, dia juga membagikan hadiah bagi yang berhasil menjawab pertanyaannya seputar pelajaran agama.

Hadiahnya macam-macam: ada puzzle, tempat pensil, buku tulis sampai uang Rp 5 ribu. Semua anak-anak berebut menjawab pertanyaan dari Yahya. Untuk membeli hadiah-hadiah yang dia bagikan ini, Yahya merogoh koceknya sendiri. Tapi sesekali ada donatur yang menitipkan mainan untuk diberikan.

Setelah membagi-bagikan hadiah, dia baru mengajar mengaji hingga pukul 3 sore.

Latar belakang mengajar berkostum badut

Cara Yahya untuk menghibur sekaligus menyemangati anak-anak panti asuhan untuk belajar mengaji tak terlepas dari rasa iba. Dia merasa perlu untuk sejenak membuat anak-anak tertawa gembira.

“Kasihan, biar mereka lupa sebentar kalau orang tuanya sudah gak ada,”

“Kita aja yang dewasa sedih kalau ingat orang tua kita gak ada apalagi anak-anak,” tambah dia.

Selain itu menurut dia transfer ilmu saat mengajar dengan kostum badut juga terbukti efektif. Anak-anak lebih semangat belajar dan lebih cepat dalam menghafal pelajaran.

Hal ini berbeda dirasakan Yahya ketika dia belum memakai kostum badut. Kata Yahya, anak-anak tak semangat untuk belajar mengaji apalagi cepat menghafal materi yang dia ajarkan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement