Selasa 04 May 2021 11:35 WIB

8 Sutradara Festival Film Korea Kutuk Kudeta Militer Myanmar

Sutradara Korea menyatakan dukungan untuk gerakan demokrasi di Myanmar

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Christiyaningsih
Seorang pengunjuk rasa anti-kudeta melihat gambar pemimpin Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, pada hari Senin, 26 April 2021.
Foto: AP/AP
Seorang pengunjuk rasa anti-kudeta melihat gambar pemimpin Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, pada hari Senin, 26 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JEONJU — Sebanyak delapan sutradara festival film internasional Korea, termasuk sutradara Festival Film Internasional Jeonju ke-22 Lee Joon-dong, bersama-sama menyatakan dukungan untuk gerakan demokrasi di Myanmar.

Konferensi pers yang diadakan di Cine Q Jeonju Film Street dimulai dengan pemutaran film pendek Burma Spring 21. Film itu berpusat pada kudeta yang dipimpin militer di Myanmar dan disutradarai secara kolaboratif oleh pembuat film anonim di dalam dan di luar Myanmar.

Baca Juga

“Saya melihat unggahan di Facebook tentang warga Myanmar memegang tanda-tanda yang mengungkapkan rasa terima kasih kepada orang Korea karena telah mendukung. Mereka bukanlah orang yang harus menunjukkan rasa syukur. Dunia harus berterima kasih kepada warga Myanmar karena telah menunjukkan keberanian seperti itu,” kata Lee Joon-dong dalam konferensi pers dilansir The Korea Herald, Senin (3/5).

Tujuh sutradara lainnya secara bergiliran membacakan pernyataan solidaritas dengan gerakan prodemokrasi di Myanmar. Pernyataan itu meminta militer Myanmar harus segera menghentikan penangkapan dan pencarian pembuat film, yang mencoba melawan kudeta militer dan mengatakan yang sebenarnya.

Kudeta militer Myanmar saat ini mengingatkan pada kekerasan yang terjadi di Korea belum lama ini. Kejadian itu juga mengingatkan pada para pembuat film global yang membentuk solidaritas dengan sutradara Korea. Karena itu, festival film internasional Korea ingin berdiri bersama pembuat film Myanmar dan mendukung keberanian mereka.

Adegan dari penumpasan di Myanmar dikatakan memiliki kemiripan dengan pemberontakan sipil Gwangju pada 1980 di Korea. Soe Moe Thu, salah satu perwakilan Jaringan Demokrasi Myanmar di Korea, juga menghadiri konferensi pers dan menyerukan dukungan lebih lanjut.

“Kami kesakitan sekarang. Namun kami percaya bahwa kami memiliki masa depan yang cerah di depan kami. Kami minta lebih banyak dukungan,” ujar Soe Moe Thu.

Konferensi pers diadakan sebagai bagian dari Festival Film Internasional Jeonju ke-22 yang dimulai pada Kamis. Acara itu diselenggarakan  industri film Korea untuk berbicara menentang kekerasan dan pembunuhan yang telah terjadi sejak kudeta militer pada 1 Februari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement