Senin 03 May 2021 18:25 WIB

Pemulihan Ekonomi Indonesia Diperkirakan Lebih Cepat 

Pemulihan ekonomi global di masa pandemi ini lebih cepat dari ekspektasi. 

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) M. Edhie Purnawan
Foto: Istimewa
Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) M. Edhie Purnawan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemulihan ekonomi Indonesia diprediksi akan lebih cepat. Hal ini karena, kebijakan-kebijakan yang diambil dalam menghadapi pandemi Covid-19, dinilai tepat. 

Menurut Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) Muhammad Edhie Purnawan, pandemi memang membuat produktivitas dan pertumbuhan ekonomi menurun. Karena, secara bersamaan pandemi Covid ini membuat perubahan di berbagai sektor kehidupan, namun hal itu juga diantisipasi oleh negara.

"Kebijakan sudah diambil supaya ekonomi lebih tangguh," ujar Edhie dalam Seminar Nasional secara virtual "Game Changer dan Resiliensi Ekonomi: Kebijakan Fiskal dan Moneter di Indonesia pada Masa Pandemi" yang diselenggarakan Asosiasi Fakultas Ekonomi & Bisnis Indonesia (AFEBI) dan Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI), Senin (3/5).

Seperti diketahui, Indonesia menggunakan tiga game changer guna menekan pemulihan ekonomi nasional tahun ini. Pertama, kata dia, lewat intervensi kesehatan dengan prpgram vaksinasi nasional. Lalu anggaran APBN akan tetap fleksibel sehingga bisa dijadikan alat pemulihan ekonomi. Fleksibelitas tersebut dua di antaranya mencakup kesinambungan bisnis dan program perlindungan sosial.

Terakhir, kata dia, reformasi struktural yang didorong melalui UU Ciptaker. Termasuk di dalamnya soal penyediaan lapangan kerja, pemberdayaan UMKM, dan reformasi regulasi.

Edhie menilai, kebijakan-kebijakan itu pula yang menjaga proyeksi negara untuk menyongsong masa emas akan ekonominya pada 2045.

Terkait jumlah vaksinasi pun, kata Edhie, kini Indonesia berada di urutan ke-9 setelah Prancis. Game changer tersebut membuat pertumbuhan ekonomi ke depan bakal positif, meskipun pada 2020 sempat minus 2,1 persen.

Belum lagi pada 2021, negara menganggarkan Rp700 triliun untuk program pemulihan ekonomi nasional. "Mudah-mudahan triwulan I (2021) mendekati positif," katanya.

Edhie pun berkomitmen meningkatkan peran dan kredibilitas BI. Ia percaya, jika BI lebih transparan maka kebijakannya ke depan akan lebih membawa pengaruh lagi.

Sementara menurut Deputi Senior Gubernur BI Destry Damayanti, pemulihan ekonomi global di masa pandemi ini lebih cepat dari ekspektasi. Hal ini terindikasi dari volume perdagangan dunia yang terus menunjukkan peningkatan.

Menurutnya, krisis Covid-19 adalah krisis yang belum pernah dialami sebelumnya. Karena tidak hanya mendorong penurunan ekonomi, tapi juga menciptakan krisis kesehatan dan berhentinya mobilitas secara umum.

"Hal ini mendorong adanya respons kebijakan yang extraordinary secara global, termasuk kebijakan dari bank sentral," katanya.

Sementara menurut Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro, UMKM optimistis menghadapi triwulan II tahun ini. Seperti triwulan sebelumnya, peningkatan Indeks aktivitas bisnis (IAB) disebabkan oleh aktivitas masyarakat meningkat karena turunnya angka infeksi Covid-19, peningkatan produksi untuk pemenuhan permintaan hari raya, serta sebab-sebab lainnya. "Pelaku UMKM semakin optimis menyambut triwulan II 2021," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement