Senin 03 May 2021 17:29 WIB

Gema Taman Siswa di Hari Pendidikan Nasional

Taman Siswa termasuk salah satu ikon dari pendidikan nasional.

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Agus Yulianto
Calon peserta didik melintas di depan mural Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara usai melaporkan diri dan verifikasi data pada jalur tahap akhir Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Posko PPDB SMAN 70 Jakarta, Rabu (8/7/2020).
Foto:

Refleksi Taman Siswa di Hari Pendidikan Nasional 

Dari segi catatan sejarah, Taman Siswa berdiri sekitar 3 Juli 1922. Hal ini berarti pendirian Taman Siswa lebih dahulu dibandingkan kemerdekaan Indonesia. "Konsep pengajaran Taman Siswa yang digagas Ki Hadjar Dewantara ini memang saya melihat Ki Hadjar ini visioner," ucap Periset Karavan Cendekia, Widya Noventari.

Ide pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara tercipta saat dia tengah memperjuangkan pendidikan rakyat. Dia ingin melahirkan kemerdekaan lahir dan batin pada pendidikan. Oleh sebab itu, dia menerapkan sistem among berupa kodrat alami pendidikan dan asas kemerdekaan di Taman Siswa.

Lalu apakah nilai Taman Siswa sudah dimanfaatkan saat ini? Perempuan disapa Venta ini menilai buah pikir Ki Hadjar sebenarnya sudah digunakan sebagai landasan pendidikan nasional. Yang menjadi tugas besar saat ini tinggal bagaimana implementasinya di pendidikan Indonesia. 

Menurut Venta, konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara sebenarnya sudah diapresiasi oleh Mendikbud Ristek Nadiem Makarim pada pidato Peringatan Hari Pendidikan Nasional. Di sini, Nadiem menilai, pemikiran Ki Hadjar Dewantara sudah lama tidak dimanfaatkan oleh Indonesia. Hal ini terutama ihwal pendidikan harus melahirkan kebahagiaan batin dan keselamatan hidup mengingat esensinya untuk memerdekakan kehidupan manusia. 

"Jadi saya rasa konsep pemikiran Ki Hadjar yang diapresiasi Mas Nadiem jadi salah satu angin segar sistem pendidikan agar asas Ki Hadjar kembali direaktualisasikan," ucap Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Surakarta (UNS) tersebut.

Di sisi lain, Venta tak menampik, saat ini Taman Siswa sudah tidak menjadi pilihan favorit generasi muda. Tercatat, setidaknya ada 133 cabang Taman Siswa di Indonesia pada 2015. Sementara pada masa awal pendirian, jumlahnya sudah mencapai 100 sekolah.

Kehadiran Taman Siswa pada masa awal telah menimbulkan antusiasme luar biasa di masyarakat. "Dan ini jadi sangat menarik untuk dikaji bersama bagaimana dulu ketika Taman Siswa sebagai salah satu yang menggagas adanya sistem pendidikan nasional namun saat ini kiprah Taman Siswa mengalami kemunduran," jelasnya.

Berdasarkan analisis sementara terkait kemunduran Taman Siswa, Venta berpendapat, ini bersumber dari internal sekolah. Taman Siswa harus mampu menghadapi dinamika dengan tetap menerapkan nilainya di tengah tantangan zaman. 

 

Alasan kedua, tentang kebutuhan biaya operasional sekolah yang cukup tinggi. Ditambah lagi, sekolah swasta terutama Taman Siswa harus bersaing dengan sekolah negeri. "Dan ini perhatian pemerintah memang harus ditingkatkan lagi," kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement