Senin 03 May 2021 15:30 WIB

PMI Manufaktur Indonesia di Posisi 54,6 pada April

Total permintaan baru didorong oleh kembalinya bisnis baru dari luar negeri.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Aktivitas pabrik (ilustrasi). Pertumbuhan di sektor manufaktur Indonesia kembali mengalami percepatan pada April.
Foto: AP Photo/Morry Gash
Aktivitas pabrik (ilustrasi). Pertumbuhan di sektor manufaktur Indonesia kembali mengalami percepatan pada April.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan di sektor manufaktur Indonesia kembali mengalami percepatan pada April. Ini terlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis IHS Markit.

PMI Manufaktur Indonesia tercatat di posisi 54,6 pada April 2021. Angka tersebut meningkat dibandingkan Maret yang berada di posisi 53,2.

Baca Juga

IHS Markit mengatakan, angka PMI iti mencapai rekor tinggi baru selama dua bulan berjalan. Output, permintaan baru, dan pembelian semua naik pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya selama periode survei sepuluh tahun, sementara permintaan ekspor baru kembali tumbuh setelah 16 bulan periode penurunan.

"Produksi manufaktur Indonesia terus meningkat pada April di tengah-tengah ekspansi permintaan baru yang sangat kuat. Yang menggembirakan, total bisnis baru didukung oleh kenaikan pertama pada ekspor sejak pandemi Covid-19 melanda, karena permintaan internasional menunjukkan tanda-tanda perbaikan," ujar Direktur Ekonomi di IHS Markit Andrew Harker melalui keterangan resmi, Senin (3/5).

Hanya saja, kata dia, kondisinya masih agak mengecewakan. Sebab, perusahaan masih enggan menambah karyawan baru, padahal permintaan baru sudah mulai menguat. 

"Namun mengingat penumpukan pekerjaan yang terus terakumulasi. Perusahaan manufaktur diharapkan akan cukup percaya diri memulai ekspansi dalam jumlah tenaga kerja pada bulan mendatang," tuturnya. 

IHS Markit menilai, kondisi bisnis Indonesia kini telah menguat dalam enam bulan berturut-turut. Inti dari perbaikan nyata pada kondisi bisnis yakni lonjakan permintaan baru. 

Bisnis baru mengalami ekspansi substansial, dan sejauh ini merupakan laju tercepat sejak survei dimulai pada April 2011. Perusahaan sering menyebutkan perbaikan pada permintaan pelanggan. 

Terlebih lagi, total permintaan baru didorong oleh kembalinya bisnis baru dari luar negeri. Ekspor naik pertama kalinya dalam 17 bulan. Dengan bisnis baru mengalami ekspansi tajam, perusahaan manufaktur juga menaikkan volume produksi mereka. 

Sebagaimana halnya dengan permintaan baru, kenaikannya merupakan yang paling tajam. Rekor kenaikan pada aktivitas pembelian juga terjadi karena perusahaan menanggapi arus pesanan baru yang masuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement