Senin 03 May 2021 12:15 WIB

Khamenei Kritik Pernyataan Menlu Iran

Menlu sebut dirinya tak memiliki pengaruh sama sekali atas kebijakan luar negeri Iran

Rep: Dwina Agustin/Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei
Foto: EPA-EFE/SUPREME LEADER OFFICE
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Pemimpin tertinggi Iran,

Ayatollah Ali Khamenei, mengkritik Menteri Luar Negerinya Mohammad Javad Zarif, Ahad (2/5). Pernyataan keras itu muncul usai sebuah wawancara yang bocor menyatakan Pengawal Revolusi elite memiliki pengaruh lebih besar dalam urusan luar negeri dan dokumen nuklir Teheran daripada Zarif.

Baca Juga

Khamenei yang berbicara dalam pidato yang disiarkan televisi tidak menyebut nama Zarif secara langsung. "Ini adalah kesalahan besar yang tidak boleh dibuat oleh seorang pejabat Republik Islam," ujarnya merujuk pada nama resmi Iran.

"Tidak ada tempat di dunia ini Kementerian Luar Negeri yang menentukan kebijakan luar negeri. Ada pejabat tinggi yang membuat keputusan dan kebijakan. Tentu saja, kementerian luar negeri juga terlibat," kata Khamenei.

Dalam wawancara yang disiarkan oleh saluran berita satelit Iran Internasional berbahasa Persia yang bermarkas di London pekan lalu, Zarif mengatakan tidak memiliki pengaruh sama sekali atas kebijakan luar negeri Iran. Padahal selama ini Zarif telah menjadi wajah publik diplomasi Iran karena berurusan dengan sejumlah masalah, termasuk pembicaraan dengan kekuatan dunia tentang menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 yang ditinggalkan Amerika Serikat (AS) tiga tahun lalu.

Setelah kritik Khamenei, Zarif dalam unggahan Instagram meminta maaf atas komentar yang telah mengganggu otoritas tertinggi negara. Padahal mereka yang memiliki suara terakhir untuk semua masalah negara.

Iran telah memberlakukan larangan perjalanan pada 15 orang karena diduga terlibat dalam rekaman audio yang bocor. Menurut pihak berwenang, rekaman itu dibuat untuk catatan negara dan bukan untuk publikasi.

Menggunakan bahasa yang jarang terdengar dalam politik di Iran, Zarif dalam wawancara itu mengeluh tentang sejauh mana pengaruh almarhum pemimpin Pasukan Quds, mendiang Qassem Soleimani, atas kebijakan luar negeri. Dia mengisyaratkan bahwa Soleimani mencoba merusak kesepakatan nuklir 2015 dengan berkolusi dengan Rusia.

Soleimani adalah tokoh penting yang membangun jaringan tentara proxy Iran di Timur Tengah. Dia tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di Irak tahun lalu.

"Dia (Soleimani) meminta saya untuk membuat konsesi atau poin ini atau itu hampir setiap kali saya pergi untuk bernegosiasi (dengan kekuatan dunia)," kata Zarif dalam rekaman yang disiarkan di saluran TV Clubhouse pada Ahad malam.

"Keberhasilan bidang (militer) lebih penting daripada keberhasilan diplomasi. Saya sedang bernegosiasi untuk keberhasilan bidang (militer)," kata Zarif menambahkan.

Meskipun Zarif telah berulang kali mengatakan tidak berniat mencalonkan diri dalam pemilihan presiden bulan depan, namanya telah diusulkan oleh kalangan moderat sebagai calon yang mungkin untuk pemilihan tersebut. Beberapa komandan Pengawal Revolusi terkemuka juga mencalonkan diri untuk jabatan eksekutif puncak.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement