Senin 03 May 2021 11:32 WIB

PBB: 11 Migran Tenggelam di Lepas Pantai Libya

Perahu terbalik dan penjaga pantai Libya hanya berhasil menyelamatkan 12 migran

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Dalam file foto Rabu, 11 November 2020 ini, pengungsi dan migran diselamatkan oleh anggota LSM Spanyol Proactiva Open Arms, setelah meninggalkan Libya mencoba mencapai tanah Eropa dengan kapal karet yang penuh sesak di laut Mediterania.
Foto: AP/Sergi Camara
Dalam file foto Rabu, 11 November 2020 ini, pengungsi dan migran diselamatkan oleh anggota LSM Spanyol Proactiva Open Arms, setelah meninggalkan Libya mencoba mencapai tanah Eropa dengan kapal karet yang penuh sesak di laut Mediterania.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Badan Migrasi PBB, The International Organization for Migration (IOM) mencatat sekurangnya 11 orang tenggelam ketika perahu karet yang membawa puluhan migran ke Eropa terbalik di Libya. Tragedi ini terjadi pada Ahad (2/5) waktu setempat di dekat kota barat Zawiya.

Dalam pernyataan di Twitter, IOM mengatakan penjaga pantai Libya hanya berhasil menyelamatkan 12 migran. "Kehilangan nyawa yang terus-menerus menuntut perubahan mendesak dalam pendekatan terhadap situasi di Libya dan Central Med," tutur IOM di Twitter seperti dilansir laman Aljazirah, Senin (3/5).

Baca Juga

Para migran tersebut dikatakan akan dibawa ke pusat penahanan Libya. Tragedi kapal tenggelam pada Ahad adalah yang terbaru di sepanjang rute migrasi Mediterania Tengah. Bulan lalu, setidaknya 130 orang diperkirakan tewas setelah kapal mereka terbalik di Libya. Tragedi itu disebut dalam salah satu tragedi maritim paling mematikan pada beberapa tahun di sepanjang rute yang sibuk itu.

Libya mengalami kekacauan politik setelah pemberontakan 2011. Saat itu penguasa lama Muammar Gaddafi dibunuh dan terjadi pemberontakan.

Bertahun-tahun sejak pemberontakan, Libya telah muncul sebagai titik transit dominan bagi orang-orang yang bepergian menuju Eropa. Sejak 2014, lebih dari 20 ribu migran dan pengungsi tewas di laut saat mencoba mencapai Eropa dari Afrika.

Lebih dari 17 ribu migran di antaranya telah berada di Mediterania Tengah. Perjalanan laut itu digambarkan oleh PBB sebagai rute migrasi paling berbahaya di dunia.

Menurut penghitungan IOM, telah terjadi lonjakan penyeberangan dan upaya penyeberangan dari Libya dalam beberapa pekan terakhir. Sekitar 7.000 migran yang menuju Eropa dicegat dan dikembalikan ke Libya sepanjang tahun ini.

Penyelundup kerap membawa keluarga-keluarga yang putus asa ke dalam perahu karet yang tidak memiliki peralatan lengkap. Mereka mengarungi lautan sepanjang rute Mediterania Tengah yang berbahaya.

Ribuan orang tenggelam di sepanjang jalan. Migran lainnya dicegat dan dikembalikan ke Libya untuk diserahkan kepada kelompok bersenjata atau dikurung di pusat penahanan yang jorok.

Kelompok hak asasi manusia dan badan-badan PBB mengecam perlakuan tidak manusiawi yang dihadapi oleh orang-orang di pusat penahanan Libya. Mereka mengalami pemukulan, pemerkosaan, dan ransum yang tidak mencukupi.

Uni Eropa dilaporkan telah menghabiskan lebih dari 90 juta euro (109 juta dolar AS) untuk mendanai dan melatih penjaga pantai Libya menghentikan penyeberangan. Investigasi Associated Press mengungkapkan Uni Eropa mengirim lebih dari 327,9 juta euro (397,9 juta dolar AS) ke Libya, sebagian besar disalurkan melalui badan-badan PBB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement