Senin 03 May 2021 10:08 WIB

Enam Orang Tewas dalam Gelombang Protes Baru Myanmar

Menghadapi protes harian besar-besaran, militer menggunakan senjata mematikan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Demonstran menunjukkan salam tiga jari dalam aksi menentang kudeta militer di Mandalay, Myanmar pada 3 Mei 2021.
Foto: EPA
Demonstran menunjukkan salam tiga jari dalam aksi menentang kudeta militer di Mandalay, Myanmar pada 3 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Ribuan pengunjuk rasa anti kudeta kembali memadati jalan-jalan di seluruh Myanmar, Ahad (2/5) waktu setempat. Kekerasan militer juga kembali terjadi yang mengakibatkan sekurangnya enam orang tewas.

Aktivis pro-demokrasi menyerukan pemogokan umum pada Ahad untuk memperbarui momentum aksi protes damai menentang kekuasaan militer dan menyerukan pemulihan demokrasi. Aksi protes kali ini juga untuk menandai "Revolusi Musim Semi Myanmar global".

Baca Juga

Seperti dilansir laman Myanmar Now, demonstrasi terkait juga turut diadakan di kota-kota di seluruh dunia sebagai bentuk solidaritas dengan gerakan di Myanmar, termasuk di Manchester, Milan, dan Taipei. Angkatan bersenjata dewan militer melakukan penangkapan dan menembakkan peluru karet, peluru tajam, dan granat ke arah warga sipil dalam upaya untuk mengakhiri demonstrasi pada Ahad. Menurut saksi mata, militer meneror mereka yang berpartisipasi.

Di tengah kecaman oleh komunitas internasional, militer Myanmar telah meningkatkan penindasan dengan kekerasan terhadap protes anti-rezim sejak kudeta 1 Februari. Dalam tiga bulan dari 1 Februari hingga 30 April, hampir 760 orang tewas selama penumpasan, penggerebekan, penangkapan, interogasi, dan penembakan acak.

Mereka yang terbunuh termasuk pengunjuk rasa anti militer, pengamat, pejalan kaki, dan penduduk. Lebih dari 3.400 orang telah ditahan, termasuk para pemimpin terpilih, anggota Liga Nasional untuk Demokrasi, komisioner pemilu, dokter, jurnalis, pengunjuk rasa, aktivis, penulis, seniman, guru, dan warga sipil.

Menghadapi protes harian besar-besaran di seluruh negeri, militer telah menggunakan senjata mematikan termasuk amunisi hidup, granat tangan, dan bahan peledak berat untuk menyerang pengunjuk rasa damai. Militer melabeli mereka sebagai "perusuh".

Baca juga : Militer Myanmar Blokir Akses Internet

Selama penggerebekan, pasukan militer telah melakukan kejahatan, menghancurkan barang-barang warga sipil termasuk kendaraan, sepeda motor dan rumah, serta menjarah properti termasuk sepeda motor, telepon, uang, makanan, ayam, dan babi. Laman The Irrawaddy telah mengumpulkan 29 foto yang berisi bukti kebrutalan pasukan junta, di antara ribuan kasus serupa yang dilakukan terhadap warga sipil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement