Senin 03 May 2021 08:13 WIB

AS dan WTO Diskusikan Perluasan Distribusi Vaksin

AS diminta melepaskan hak kekayaan intelektual vaksin Covid-19 yang dikembangkannya

Rep: kamran dikarma/ Red: Hiru Muhammad
Pemberitahuan tentang kelangkaan vaksin Covid-19 di luar pusat vaksinasi di Mumbai, India, Jumat (30/4). Brihanmumbai Municipal Corporation (BMC) mengumumkan untuk menutup pusat vaksinasi selama tiga hari hingga Ahad (2/5) karena kekurangan pasokan vaksin di Mumbai. India mencatat lonjakan besar-besaran kasus baru Covid-19 dan tingkat kematian tertinggi di dunia dalam kurun waktu satu hari sejak awal pandemi.  EPA-EFE/DIVYAKANT SOLANKI
Foto: EPA-EFE/DIVYAKANT SOLANKI
Pemberitahuan tentang kelangkaan vaksin Covid-19 di luar pusat vaksinasi di Mumbai, India, Jumat (30/4). Brihanmumbai Municipal Corporation (BMC) mengumumkan untuk menutup pusat vaksinasi selama tiga hari hingga Ahad (2/5) karena kekurangan pasokan vaksin di Mumbai. India mencatat lonjakan besar-besaran kasus baru Covid-19 dan tingkat kematian tertinggi di dunia dalam kurun waktu satu hari sejak awal pandemi. EPA-EFE/DIVYAKANT SOLANKI

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Amerika Serikat (AS) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) akan memulai diskusi tentang bagaimana mendistribusikan vaksin Covid-19 secara lebih luas. Saat ini AS tengah menghadapi tekanan untuk membantu negara lain memperoleh vaksin yang sangat dibutuhkan.

Menurut Kepala Staf Gedung Putih Ron Klain, dalam diskusi dengan WTO, AS akan mengutus perwakilan dagangnya, yakni Katherine Tai. Topik yang bakal dibahas antara lain tentang bagaimana lebih banyak vaksin dibagikan dan didistribusikan lebih luas. “Kami akan berbicara lebih banyak tentang itu di masa mendatang,” kata Klain saat diwawancara di program CBS News Face the Nation pada Ahad (2/5).

Belum ada keterangan resmi dari kantor Kathrerine Tai perihal kabar tersebut. Saat ini AS tengah menghadapi seruan untuk melepaskan hak kekayaan intelektual pada vaksin Covid-19 yang dikembangkannya. Hal itu guna memungkinkan lebih banyak negara memproduksi vaksin.

AS telah mempercepat kampanye vaksinasinya tahun ini. Menurut US Centers for Disease Control and Prevention (CDC), setidaknya hampir 56 persen orang dewasa di sana sudah menerima satu dosis vaksin. Sebelumnya AS telah mengumumkan siap membagikan 60 juta dosis vaksin AstraZeneca kepada dunia dalam beberapa bulan mendatang.

Sejauh ini AstraZeneca diketahui belum memperoleh otorisasi penggunaan darurat dari US Food and Drug Administration (FDA). “Mengingat portofolio vaksin yang kuat yang telah dimiliki AS dan yang telah disahkan oleh FDA, dan mengingat bahwa vaksin AstraZeneca tidak diizinkan untuk digunakan di AS, kami tidak perlu menggunakan vaksin AstraZeneca di sini untuk beberapa bulan mendatang. Oleh karena itu, AS sedang mencari opsi untuk membagikan dosis AstraZeneca dengan negara lain saat tersedia,” kata koordinator penanganan Covid-19 Gedung Putih Jeff Zients pada 26 April lalu.

Dia mengungkapkan, sekitar 10 juta dosis vaksin AstraZeneca telah diproduksi, tapi belum lolos peninjauan FDA. Zients menyebut standar regulator AS diakui dalam hal keamanan dan keselamatan. Sekitar 50 juta dosis vaksin AstraZeneca berada dalam berbagai tahap produksi. Mereka dapat tersedia untuk dikirimkan pada Mei dan Juni mendatang menunggu persetujuan FDA.

Baca juga : Pemkot Yogyakarta Turunkan Ratusan Personel Pengawasan Mudik

Sejauh ini, AS telah menerbitkan izin penggunaan kepada Pfizer, Moderna, dan Johnson & Johnson. Negeri Paman Sam masih menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Ia sudah mencatatkan 32,4 juta kasus dan 576 ribu kematian. 

 

sumber : ap
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement