Senin 03 May 2021 05:17 WIB

IHSG Rawan Tertekan pada Pekan Pertama Mei

Sejumlah sentimen dari AS menyebabkan dana kembali negara Paman Sam.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pekerja melintas dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (30/4). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang tertekan pada pekan pertama Mei 2021.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Pekerja melintas dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (30/4). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang tertekan pada pekan pertama Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang tertekan pada pekan pertama Mei 2021. Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengatakan IHSG dipengaruhi sentimen negatif yang banyak datang dari faktor eksternal. 

Pertumbuhan ekonomi yang kuat serta klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) yang baik telah mendorong naiknya Yield obligasi pemerintah AS. "Hal ini menjadi salah satu katalis negatif bagi pasar keuangan negeri berkembang termasuk Indonesia," kata Hans, Ahad (2/4). 

Baca Juga

Ekonomi AS mengalami pertumbuhan sebesar 6,4 persen pada kuartal I 2021 lebih tinggi dari sebelumnya 4,3 persen dan konsesus diangka 6,1 persen. Secara tahunan ekonomi Amerika tumbuh 0,4 persen yoy berbanding terbalik dengan kuartal empat tahun lalu yang masih terkontraksi 2,4 persen yoy. 

Selain itu, menurut Hans, vaksin Covid-19 yang cepat dan rencana stimulus baru AS semakin mempertegas bahwa negara tersebut akan segera keluar dari krisis pandemi. Hal ini mendorong penguatan kembalinya dana ke negara Paman Sam tersebut. 

Rencana kenaikan pajak untuk mendanai stimulus jumbo juga menjadi perhatian pelaku pasar beberapa pekan kedepan. Presiden Joe Biden berencana menggelontorkan dana sebesar 1,8 triliun dolar AS untuk bantuan sosial. 

Program tersebut akan didanai oleh kenaikan pajak terhadap orang-orang kaya dalam beberapa dekade. Hans melihat, kenaikan pajak ini akan berdampak negatif bagi pasar saham.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menyatakan stabilitas sistem keuangan Indonesia terjaga dengan baik di tengah tekanan pandemi Covid-19 sepanjang tahun 2020. Hal ini di sampaikan pada Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) Nomor 36 yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI). 

Ketahanan sektor keuangan terjadi akibat sinergi pemerintah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam melaksanakan tanggung jawab bersama di sektor keuangan. Berbagai sinergi kebijakan dengan langkah luar biasa (extraordinary measures) terkait Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), telah dilakukan untuk mengatasi dampak buruk pandemi terhadap perekonomian dan sistem keuangan. 

Meski demikian, sentimen positif dalam negeri tersebut belum cukup kuat mengangkat pergerakan IHSG pekan depan. "Selain beberapa sentimen di atas, IHSG juga berpeluang melemah karena aksi ambil untung pelaku pasar mengamankan posisi menjelang libur lebaran sepekan yang akan datang," tutup Hans. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement