Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Koiyudh

Lakon Hoaks Babi Ngepet yang Bikin Gaduh

Info Terkini | Sunday, 02 May 2021, 05:20 WIB
Sumber: Pinterest (Malaysian patterns/Nina Rupena)

"Babi ngepet". Jujur, aku sebenarnya agak risih menggunakan dua kata ini. Namun, karena masih menjadi kata kunci populer di jagat maya, aku ingin sedikit membahas dan merangkumnya.

Seperti yang mungkin kalian ketahui, kabar penangkapan 'babi ngepet' di kawasan Bedahan, Sawangan, Kota Depok, bikin gaduh sejak pekan lalu. Babi "jadi-jadian" itu dikabarkan tertangkap pada Selasa (27/4/2021) dini hari setelah warga mengintai sosok mencurigakan mengenakan jubah hitam. Penangkapan konon dilakukan dengan ritual khusus. Beberapa orang disebut menanggalkan busana untuk bisa melihat dan menangkapnya.

Usai penangkapan, hewan berwarna hitam mirip babi hutan itu ditaruh di kandang. Warga yang penasaran, tentu tidak mau ketinggalan melihatnya. Sebagian merekamnya dalam video dan membagikannya di media sosial. Nah, dari sinilah, informasi itu bikin heboh dan mendadak viral. Kabar pun makin ramai setelah media massa ikut menyiarkannya.

Dalam hitungan hari, sejumlah kesaksian pun muncul membumbui beritanya. Mulai dari cerita kronologi kejadian, pengakuan warga yang merasa kehilangan uang, hingga informasi soal AI-tokoh setempat yang pimpin penangkapan itu.

Yang menarik, seolah ikut memperkaya jalan cerita, pengakuan seorang ibu bernisial W yang tinggal di sekitar TKP. Ia blak-blakan bilang curiga salah satu tetangganya adalah dalangnya. Alasannya simpel. Ia melihat tetangganya itu tampak menganggur, tapi kok sugih yah, alias kaya.

Kabar heboh ini pun langsung memantik polemik. Entah berapa banyak yang percaya. Namun, tidak sedikit yang skeptis memandangnya. Banyak warganet menanggapi tudingan ibu W berbahaya, karena menuduh tanpa bukti kuat. Ada yang kritis menyebut, uang itu tidak mesti didapat dengan pergi ke kantor. Era digital saat ini, dari rumah pun bisa menghasilkan banyak uang. Aku termasuk setuju dengan ini.

Apa pun ujung perdebatannya, drama ini akhirnya sampai juga pada klimaksnya. Tiga hari usai viral, Polresto Depok pada Kamis (27/4) membongkar isu ini dan menyatakan "babi ngepet" di Depok hoaks alias kabar bohong.

AI, "tokoh" yang memimpin penangkapan itu, mengakuinya sendiri. Ia memaparkan bagaimana skenario penangkapan 'babi ngepet' didesainnya. Ide itu berawal dari sejumlah laporan warga sekitar yang kehilangan uang. Bak lakon kepahlawanan, ia ingin menyudahi keresahan itu dan muncul sebagai sosok penyelamat di kampungnya. Tujuan utamanya: makin terkenal. Namun, tak pernah disangka, sandiwaranya kelewat tenar, menjadi viral.

Polisi memperkuat pernyataan hoaks dengan membongkar kuburan babi yang kepalanya sudah dipenggal. Konon, 'babi ngepet', usai dikubur, bila digali, tak lama menjadi manusia lagi. Namun itu tidak ditemukan. Babi malang, yang ternyata dibeli secara online seharga Rp 900 ribu itu, masihlah berbentuk hewan.

AI sudah ditangkap. Ia menyatakan maaf dan mengaku khilaf. Namun, seperti pepatah bilang, nasi sudah menjadi bubur. Kesalahan merekayasa hoaks tidak lantas luntur. Ia terpaksa melakoni konsekuensi nyata, menjalani hari-hari berikutnya di dalam penjara. AI saat ini didakwa dua pasal terkait menimbulkan keonaran. Ancaman hukumnya sepuluh tahun bui bila terbukti bersalah saat diadili.

Adapun komplotan yang bekerja sama dengan AI telah diperiksa polisi. Sementara untuk Ibu W, aparat menyebutnya hanya warga biasa. Tidak terlibat langsung dengan rekayasa hoaks AI. W, seperti halnya AI, juga sudah meminta maaf. Namun, ia pun tidak bisa berbuat banyak, menanggung akibat. Warga memintanya angkat kaki dari kontrakan, ia dianggap meresahkan.

Lakon babi ngepet yang bikin gaduh ini memang patut disesalkan. Apalagi muncul di tengah Ramadhan, bulan yang suci penuh kebaikan. Meski begitu, bila dicerna, ada pesan moral atau hikmah yang menurutku tersisip di dalamnya. Ia setidaknya mengingatkan kita pentingnya tabbayun alias cek dan ricek setiap informasi diterima. Sampai terbukti kebenarannya, tetaplah kritis dan curiga. Kita juga diingatkan tidak lalai berbaik sangka. Jangan mudah menebar fitnah. Sebab, suatu saat, fitnah itu dapat memantul, berbalik arah, menghantam, dan menjatuhkan si pemiliknya.

*Referensi: berbagai sumber

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image