Sabtu 01 May 2021 15:25 WIB

Sejarah May Day, Cerita Panjang Perjuangan Buruh

Asal usul Hari Buruh berawal dari kerusuhan Haymarket.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Karta Raharja Ucu
Seorang buruh dari Aliansi Buruh Karawang melakukan aksi vandalisme saat mengikuti aksi Hari Buruh Internasional (May Day) di klawasan By Pass, Karawang, Jawa Barat, Rabu (1/5/2019).
Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Seorang buruh dari Aliansi Buruh Karawang melakukan aksi vandalisme saat mengikuti aksi Hari Buruh Internasional (May Day) di klawasan By Pass, Karawang, Jawa Barat, Rabu (1/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- May Day.. May Day... Kalimat yang selalu menggema pada 1 Mei setiap tahunnya. May Day adalah peringatan Hari Buruh yang memiliki cerita panjang di baliknya.

May Day lahir dari peristiwa kerusuhan masyarakat yang melakukan demonstrasi Haymarket pada 4 Mei 1886 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat (AS). Mereka berjuang dan berkampanye agar diberlakukannya sistem kerja selama 8 per harinya.

Ratusan ribu kelas pekerja di AS yang berkeinginan kuat menghentikan dominasi kelas borjuis, bergabung dengan organisasi pekerja Knights of Labour. Perjuangan kelas masif menemukan momentum di Chicago, salah satu pusat pengorganisiran serikat-serikat pekerja AS yang cukup besar.

Gerakan serikat pekerja di kota ini sangat dipengaruhi ide-ide International Workingsmen Association. Gerakan tersebut telah melakukan agitasi dan propaganda tanpa henti sebelum Mei untuk merealisasikan tuntutan "Delapan Jam Sehari". Menjelang 1 Mei, sekitar 50.000 pekerja telah melakukan pemogokan. Sekitar 30.000 pekerja bergabung dengan mereka di kemudian hari. Para pekerja turun ke jalan bersama anak-anak serta istri untuk meneriakkan tuntutan universal 'Delapan Jam Sehari.'

Pemogokan ini membawa aktivitas industri di Chicago lumpuh dan membuat kelas borjuis panik. Pada tanggal 1 Mei 1886 (Kemudian dikenal sebagai May Day), saat itu sebanyak 350.000 orang buruh yang diorganisir oleh Federasi Buruh Amerika melakukan pemogokan di banyak tempat di Amerika Serikat.

Namun, belum selesai sampai disitu saja, dua hari kemudian, pada 3 Mei 1886 pemerintah mengutus sejumlah polisi untuk meredam pemogokan pekerja di pabrik McCormick. Polisi dengan membabi-buta menembaki pemogok yang berhamburan, pada saat kejadian ini terdapat empat orang tewas dan jauh lebih banyak lagi luka-luka.

Ini menimbulkan amarah di kalangan kaum buruh, sebagian menganjurkan supaya mereka membalas dengan mengangkat senjata. Sejumlah kaum anarkis yang dipimpin Albert Parsons dan August Spies, juga merupakan anggota aktif Knights of Labour, menyerukan kepada kelas pekerja agar mempersenjatai diri dan berpartisipasi di dalam demonstrasi keesokan hari.

Pertemuan pada hari berikut, 4 Mei 1886, berlokasi di bunderan lapangan Haymarket, para buruh kembali menggelar aksi mogoknya dengan skala yang lebih besar lagi, aksi ini jaga ditujukan sebagai bentuk protes tindakan represif polisi terhadap buruh.

Semula aksi ini berjalan dengan damai. Karena cuaca buruk banyak partisipan aksi membubarkan diri dan kerumunan tersisa sekitar ratusan orang. Saat itulah, 180 polisi datang dan menyuruh pertemuan dibubarkan.

Ketika pembicara terakhir hendak turun mimbar, menuruti peringatan polisi tersebut dan sebuah bom meledak di barisan polisi. Satu orang terbunuh dan melukai 70 orang di antaranya. Polisi menyikapi ledakan bom tersebut dengan menembaki kerumunan pekerja yang berkumpul, sehingga 200 orang terluka dan banyak yang tewas.

Meskipun tidak jelas siapa yang melakukan pelemparan bom, media massa dan politisi borjuis mulai melemparkan tuduhan-tuduhan kalau ledakan tersebut merupakan ulah kaum sosialis dan anarkis. Sehingga para aktivis dituntut dengan tuduhan pembunuhan terencana. Mereka adalah August Spies, Albert Parsons, Adolph Fischer, George Engel, Fielden, Michael Schwab, Louis Lingg dan Oscar Neebe.

Bagi kaum revolusioner dan aktivis gerakan pekerja saat itu, tragedi Haymarket bukanlah sekadar sebuah drama perjuangan tuntunan 'Delapan Jam Sehari' tetapi sebuah harapan untuk memerjuangkan dunia baru yang lebih baik. Sejak saat itu Hari Buruh diperingati di seluruh dunia pada tanggal 1 Mei.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement