Sabtu 01 May 2021 02:59 WIB

Survei KIC: Marketplace Bantu UMKM Bertahan di Masa Pandemi

Penurunan penjualan secara offline dialami lebih dari 70 persen UMKM.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Andi Nur Aminah
Perajin membuat kreasi boneka barbie dengan busana berhijab di Solo, Jawa Tengah, Jumat (30/4/2021).  Kerajinan kreasi barbie berhijab yang dijual seharga Rp55 ribu tersebut dipasarkan secara daring dan lewat kelompok UMKM dengan memanfaatkan momen Ramadhan dan Lebaran.
Foto: Antara/Maulana Surya
Perajin membuat kreasi boneka barbie dengan busana berhijab di Solo, Jawa Tengah, Jumat (30/4/2021). Kerajinan kreasi barbie berhijab yang dijual seharga Rp55 ribu tersebut dipasarkan secara daring dan lewat kelompok UMKM dengan memanfaatkan momen Ramadhan dan Lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran online marketplace di Indonesia melahirkan pelaku membantu pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk bertahan selama pandemi Covid-19. Hal tersebut tercermin dalam hasil survei Katadata Insight Center (KIC) berjudul "MSME Study Report 2021: Peran Marketplace bagi UMKM".

Manajer Survei Katadata Insight Center (KIC), Vivi Zabkie mengatakan, survei ini dilakukan terhadap 392 UMKM di sejumlah kota di Indonesia. Yakni Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Medan sejak 24 Maret hingga 9 April 2021. Vivi memaparkan, hasil survei menunjukkan adanya pandemi selama lebih dari satu tahun terakhir ini berdampak pada penurunan volume penjualan dan omzet bisnis offline. 

Baca Juga

Dimana penurunan penjualan secara offline dialami lebih dari 70 persen UMKM. Akibatnya, UMKM yang sebelum pandemi hanya berjualan offline mulai beralih membuka usaha online pada masa pandemi.

“Beberapa pelaku usaha bahkan menutup usaha offline, beralih ke online atau setidaknya memadukan penjualan offline dengan online,” kata Vivi di Jakarta, Jumat (30/4).

Berdasarkan kanal penjualan, sambung Vivi, pelaku UMKM yang beralih ke marketplace memiliki proporsi paling besar, jika dibandingkan pada masa sebelum dan saat masa pandemi Covid-19. Setelah marketplace, diikuti peralihan ke media sosial seperti Instagram dan Facebook, kemudian website, serta aplikasi lainnya.

Lebih lanjut, Vivi menjelaskan, 72 persen pelaku UMKM yang mengikuti survei tersebut merasakan meluasnya jaringan pasar sebagai manfaat utama dari berjualan di marketplace. Selain itu, 68 persen pelaku UMKM merasakan keamanan dari pelaksanaan jual beli di marketplace. Serta 65 persen lainnya mengalami kemudahan dalam bertransaksi dengan pelanggan secara online dan dapat melayani secara real time.

"Lalu, sebanyak 54 persen UMKM yang disurvei menjawab dengan adanya marketplace bisa menghemat biaya promosi, 48 persen mendapat manfaat peningkatan omzet, 29 persen merasa lebih kompetitif, serta 19 persen mengaku mendapat kemudahan untuk mengakses pasar ekspor," ucapnya.

Vivi menambahkan, dari para pelaku UMKM yang disurvei, 57 persen dari mereka menghasilkan omzet atau nilai penjualan terbesar dari marketplace Shopee. "Dilanjutkan 28 persen dari Tokopedia, enam persen dari Lazada, tiga persen dari Bukalapak, dua persen dari Blili, dan tiga persen sisanya dari marketplace lainnya," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement