Jumat 30 Apr 2021 00:31 WIB

Media Rusia-China Dituding Sebar Disinformasi Vaksin Barat

Aksi itu diklaim bertujuan memecah belah Barat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Vaksin Covid 19 (ilustrasi).
Foto: Flickr
Vaksin Covid 19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Sebuah laporan Uni Eropa menyebut media Rusia dan China telah menyebarkan disinformasi secara sistematis untuk menciptakan ketidakpercayaan pada vaksin Covid-19 yang diproduksi Barat. Aksi itu diklaim bertujuan memecah belah Barat.

Menurut studi Uni Eropa, dari Desember 2020 hingga April lalu, perusahaan media pemerintah China dan Rusia mendorong berita palsu daring dalam berbagai bahasa yang memicu kekhawatiran tentang keamanan vaksin. Mereka membuat hubungan tak berdasar antara kasus kematian dan vaksin di Eropa serta menggadang-gadang bahwa vaksin buatan kedua negara lebih unggul.

Baca Juga

Uni Eropa menyebut diplomasi vaksin China dan Rusia mengikuti logika permainan zero-sum game dan dikombinasikan dengan upaya disinformasi serta manipulasi untuk merusak kepercayaan pada vaksin Barat. "Baik Rusia dan China menggunakan media yang dikontrol negara, jaringan outlet media proksi serta media sosial, termasuk akun media sosial diplomatik resmi, untuk mencapai tujuan ini," kata laporan Uni Eropa yang dirilis pada Rabu (28/4).

Dalam laporannya, Uni Eropa menyoroti bagaimana media China dan Rusia memberitakan tentang masalah pasokan AstraZeneca dan efek samping langkah yang ditimbulkan vaksin tersebut, termasuk Johnson & Johnson. "Baik saluran resmi China dan media pro-Kremlin telah memperkuat konten tentang dugaan efek samping dari vaksin Barat, salah menggambarkan dan membuat sensasi laporan media internasional dan menghubungkan kematian dengan vaksin Pfizer-BioNTech di Norwegia, Spanyol dan di tempat lain," katanya.

Uni Eropa turut mengutip salah satu laporan media Rusia yang menyebut bahwa Brexit (proses hengkangnya Inggris dari Uni Eropa) telah menyelamatkan Inggris dari kekacauan vaksinasi yang melanda perhimpunan Benua Biru. "Narasi semacam itu menunjukkan upaya untuk menyebarkan perpecahan di dalam Uni Eropa," tulis Uni Eropa.

Dalam laporan yang dirilis di situs euvsdisinfo.eu/ tersebut, Uni Eropa juga mengatakan bahwa akun Twitter resmi vaksin Sputnik V Rusia berusaha merusak kepercayaan publik pada European Medicines Agency (EMA). Rusia dan China menyangkal semua tuduhan disinformasi yang dilayangkan Uni Eropa.

Sputnik V pun merespons dengan mengatakan bahwa kampanye disinformasi melawan Rusia dan vaksinnya, bukan sebaliknya. "Kami akan terus melawan kampanye disinformasi melawan Sputnik V untuk melindungi kehidupan di seluruh dunia dan menghindari monopoli vaksin yang mungkin diperjuangkan oleh beberapa produsen vaksin," katanya di Twitter.

Akun Twitter Sputnik V dikelola Russian Direct Investment Fund. Ia adalah badan yang bertanggung jawab memasarkan dan mempromosikan vaksin Sputnik V. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement