Rabu 28 Apr 2021 21:44 WIB

Perbaiki Kualitas Udara, Mahasiswa ITS Gagas EvoGreen

Mereka mengubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2) dengan menggunakan alga.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Mas Alamil Huda
Penelitian (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Moch Asim
Penelitian (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas inovasi EvoGreen yang ditujukan untuk membantu mengurangi tingginya polusi udara. Mereka adalah Hartandi Wisnumukti dan I Made Ayu Nandini dari Departemen Teknik Elektro ITS. Mereka mengubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2) dengan menggunakan alga yang diberi nama EvoGreen. 

Hartandi menjelaskan, inovasi EvoGreen ini diangkat dari buruknya kualitas udara di Indonesia yang tiga kali di bawah standar WHO, yakni sebesar PM 2,5. Kondisi ini menjadikan Indonesia berada pada peringkat kesembilan dalam indeks polusi udara. Sehingga urgensi Indonesia saat ini adalah menciptakan cara baru untuk membersihkan polusi udara yang ada. 

Mahasiswa yang akrab disapa Tandi tersebut menjelaskan, EvoGreen adalah Schneider Electric Homes Bio Reactor guna menangkap CO2 untuk menciptakan udara yang lebih bersih. Bioreaktor ini dibuat dengan maksud tertentu yakni membuat habitat buatan untuk alga hidup.

"Alga dipilih sebab telah terbukti dapat menangkap CO2 lebih baik daripada tumbuhan biasa. Selain itu alga juga lebih fleksibel dalam hal perawatannya,” kata dia di Surabaya, Rabu (28/4). 

Tandi mengatakan, EvoGreen bekerja dengan cara menyedot udara kotor dari lingkungan yang kemudian akan disimpan di tangki kotor. Setelahnya, campuran alga dan udara kotor tadi akan dipompa ke rangkaian pipa bening agar alga tersebut dapat melakukan proses fotosintesis dan mengubah CO2 menjadi O2.

“Sehingga proses panjang ini akan menghasilkan oksigen yang dapat dilepaskan kembali ke udara,” ujarnya. 

Tandi melanjutkan, EvoGreen gagasan timnya ini bekerja bukan sebagai air purifier biasa, namun sebagai pengonversi karbondioksida menjadi oksigen. Sehingga alat rancangannya ini bukan hanya berpengaruh pada manusia, tetapi juga berpengaruh kepada lingkungan sekitar. Selain itu, dengan dilakukan proses lebih lanjut, alga yang telah digunakan pun dapat dijadikan biomassa. 

Menurut Tandi, EvoGreen ini dapat menyerap 10 kali lebih efisien daripada pohon dan dapat dipasang di rumah. Sehingga semua orang dapat berkontribusi dalam mengurangi jejak karbon. Selain itu, EvoGreen juga diintegrasikan secara digital dengan AVEVA (perangkat rumah pintar) yang membuat pengguna bisa mendapatkan data secara real time melalui aplikasi tersebut.

“Konsep terbaru inilah yang nampaknya memikat para juri saat kami mengikuti kompetisi,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement