Rabu 28 Apr 2021 14:14 WIB

Dishub DKI: Kemacetan Meningkat 2 Persen Selama Ramadhan

Hal ini merupakan imbas adanya pergeseran jam berangkat dan pulang kantor

Rep: Flori Sidebang/ Red: Esthi Maharani
Kendaraan terjebak macet di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (3/4). Menjelang bulan Ramadhan, kawasan Pasar Tanah Abang mulai dipadati pengunjung untuk berbelanja busana, namun menurut pedagang jumlah pengunjung bulan Ramadhan kali ini tidak seramai sebelum pandemi Covid-19. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kendaraan terjebak macet di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (3/4). Menjelang bulan Ramadhan, kawasan Pasar Tanah Abang mulai dipadati pengunjung untuk berbelanja busana, namun menurut pedagang jumlah pengunjung bulan Ramadhan kali ini tidak seramai sebelum pandemi Covid-19. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, kepadatan lalu lintas di Ibu Kota selama bulan Ramadhan 2021 meningkat sebesar dua persen. Menurut dia, hal ini merupakan imbas adanya pergeseran jam berangkat dan pulang kantor selama bulan puasa.

“Dibandingkan masa Maret, April ini ada lonjakan kecil 1-2 persen,” kata Syafrin kepada wartawan, Rabu (28/4).

Syafrin menjelaskan, di luar bulan puasa, jam berangkat masyarakat ke kantor sebagian besar terjadi pada pukul 05.00-06.00 WIB. Namun, saat bulan Ramadhan, jam berangkat ke kantor mengalami pergeseran menjadi pukul 07.00 WIB.

“Sehingga terjadi kepadatan yang serentak. Tidak terjadi distribusi arus lalu lintas pada jam 5 ke jam 7. Jadi semuanya numpuk di waktu yang hampir sama karena masuk jam 8,” tuturnya.

Selain itu, sambung dia, distribusi arus lalu lintas yang tidak merata juga terjadi ketika jam pulang kantor pada pukul 15.00 WIB. Syafrin menilai, sebagian besar para pekerja kantoran segera pulang untuk tiba di rumah sebelum waktu berbuka puasa.

“Nah, waktu-waktu inilah puncak atau peak hour yang sangat menimbulkan kepadatan, tapi dari sisi jumlah volume lalu lintas peningkatannya seperti itu tadi (2 persen), tidak mencapai angka yang fantasis,” ujarnya.

Syafrin pun mengakui bahwa saat ini volume kendaraan bermotor di Jakarta hampir mendekati seperti pada masa normal sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Kendati demikian, ia menyebut, pihaknya belum akan menerapkan kembali kebijakan ganjil genap bagi kendaraan bermotor. Sebab, jelas Syafrin, hingga kini Pemprov DKI masih terus berupaya menekan angka kasus positif virus corona di Ibu Kota.

“Kita pahami pemerintah sedang berupaya segera keluar dari pandemi Covid-19. Di sisi lain, angkutan umum kita batasi penumpang hanya 50 persen. Oleh sebab itu, gage belum dioperasikan, tapi kami terus lakukan pemantauan,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement