Rabu 28 Apr 2021 13:58 WIB

KH Geys Machfudz Amar, Penyelamat Eksistensi Al-Irsyad

KH Geys Machfudz Amar menyelamatkan eksistensi Al-Irsyad.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Ketua Umum PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah periode 1982-2000 KH.Geys Amar, SH meninggal dunia pada, Senin (26/4), pukul 15.00 WIB.
Foto: istimewa
Ketua Umum PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah periode 1982-2000 KH.Geys Amar, SH meninggal dunia pada, Senin (26/4), pukul 15.00 WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Keluarga Besar Al-Irsyad Al-Islamiyyah berduka atas meninggalnya salah satu putera dan kader terbaiknya KH Geys Machfudz Amar, SH. Di mata para kader KH Geys merupakan seorang tokoh religius yang sepanjang hidupnya telah membaktikan dirinya pada organisasi yang pernah dipimpinnya.

"Almarhum Ami (paman) Geys Amar adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah selama empat periode dari sejak 1982 sampai 2000 adalah tokoh panutan kami," kenang Ketua Pusat Dokumentasi Dan Kajian (PUSDOK) Al-Irsyad Bogor, Abdullah Abubakar Batarfie, Selasa (27/4).

Baca Juga

Abdullah mengatakan, almarhum merupakan sosok pemimpin yang teguh. Berkat kepemiminannya pula eksistensi Al-Irsyad sebagai organisasi di tingkat nasional dapat dia pertahankan.

Hal itu terbukti, sejak pemberlakuan undang-undang keormasan tahun 1985 yang mengharuskan jumlah cabang berada dalam batas jumlah yang sudah ditentukan quotanya sebagai prasyarat dalam undang-undang tersebut. Berkat perjuangan beliau, Al-Irsyad berhasil mengembangkan organisasi dengan telah berhasil membentuk lebih dari seratus cabang baru yang tersebar dihampir seluruh pelosok tanah air termasuk di bumi cendrawasih papua.

"Bahkan ada di antara cabang yang terbentuk belakangan itu, kini terhitung sebagai cabang yang maju pesat di kotanya," katanya.

Pak Geys, begitu dia biasa disapa, dinilai oleh semua aktivis di cabang, gaya kepemimpinannya sangat sederhana dan bersahaja. Meski posisinya saat itu sangat bergengsi sebagai ketua umum PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Saking sederhananya, saat kunjungan cabang yang jauh hingga ke pelosok pulau, beliau tidak pernah mau menginap di hotel.

"Tapi justru lebih memilih tidur di rumah-rumah pengurus, meski tanpa alas tidur sekalipun yang hanya beralaskan anyaman bambu di rumah panggung," katanya.

Abdullah menuturkan, selama dalam masa kepemimpinannya sebagai ketua umum PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah, sosok Geys Amar memainkan perannya sebagai tokoh umat Islam sekaligus tokoh bangsa Indonesia. Pada awal reformasi tahun 1989, ia bersama tokoh-tokoh umat Islam lainnya mendirikan Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI).

"Melalui FUI, kalangan tradisionalis dan modernis Islam dapat duduk bersama membicarakan persoalan-persoalan umat," katanya.

FUI lantas melahirkan Badan Koordinasi Umat Islam (BKUI), cikal-bakal Partai Bulan Bintang (PBB).

Kehidupan 

Almarhum Geys lahir di Bondowoso, Jatim pada 19 April 1943. Pendidikan formalnya dari SD, SMP hingga SMA, Ia selesaikan di Madiun, Jatim. Selepas SMA Geys melanjutkan studinya pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Selain itu beliau juga termasuk orang yang haus akan ilmu pengetahuan, ia juga sempat mengikuti pendidikan non formalnya seperti Office Managemen Course di Jakarta tahun 1972, Enginering & Managemen Training, dan pernah menjadi mahasiswa di Institut manajemen Fakultas Ekonomi UI Jakarta 1978.

Kiprah almarhum Geys Amar di organisasi dimulai sejak aktif di Kepanduan Hizbul Wathon di Madiun yang diikutinya hingga akhir tahun 1958. Ketika menjadi mahasiswa di UNAIR, almarhum sempat aktif menjadi salah seorang pengurus pada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Hukum (1964). Tahun 1970 hingga 1981 Geys tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Pekerjaam Umum.

Pada tahun yang sama ia juga pernah mengajar ilmu Logistik di Departemen Luar Negeri, Depdagri, Deppen, Depkeu dan Pemda Tingkat I Provinsi Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jatim, Jateng dan Sulawesi Selatan.  Sedangkan karirnya pada organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyyah diawalinya ketika menjadi anggota Gerakan Pelajar Al-Irsyad Cabang Surabaya tahun 1963, yang kemudian sukses menghantarkannya sebagai Sekjen Gerakan Pengurus Besar (PB) Pelajar Al-Irsyad hingga akhir tahun 1970.

Setelah itu mulai tahun 1970 - 1973 menduduki jabatan sebagai wakil Sekjen di PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Hingga pada karir puncaknya setelah melalui keputusan formatur hasil Muktamar Al-Irsyad ke-33 di Semarang yang mengangkatnya menjadi Ketua Umum PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah periode 1982 - 1985.

Jabatan sebagai pucuk pimpinan ormas yang didirikan pada 6 September 1914 itu tetap dipercayakan pada Muktamar-Muktamar berikutnya yaitu di Tegal (1985), Surabaya (1990) dan di Pekalongan pada tahun 1996. Dari almarhum lah kata Abdullah, semua banyak belajar tentang bagaimana mengelola organisasi secara benar.

"Dan selama periode kepemimpinannya memegang amanat ketua umum PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah termasuk periode yang dipandang paling tertib dalam siatem administrasi yang diterapkan," katanya.

Bahkan produk tekhnik pembuatan dan penyusunan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Al-Irsyad yang dibuat sendiri oleh almarhum, disebut-sebut sebagai yang terbaik dan dijadikan contoh perbandingan oleh Kementrian Dalam Negeri untuk ormas-ormas yang di bawah binaannya. Kader dan aktivis dalam internal organisasi Al-Irsyad juga belajar banyak belajar pada sosok yang disebut sebagai tokoh Penjaga Mabda ini.

"Darinya prinsip-prinsip tentang arah dan tujuan Al-Irsyad dapat diterjemahkan, di tafsirkan serta di definisikan secara sistematis dari sumber rujukannya pada literasi ilmiah serta pengetahuan yang dimilikinya," katanya.

Kata Abdullah, dapat dikatakan Ami Geys adalah salah satu sosok tokoh yang betul-betul menjiwai serta memahami secara utuh tentang arah serta tujuan dari cita-cita Al-Irsad dari para pendirinya. Ditinjau dari semua aspek termasuk perjalanan sejarahnya yang panjang berikut dinamika pada kehidupan organisasi Al-Irsyad dalam menapaki usianya yang telah lebih dari satu abad lamanya ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement