Tempat Tertinggi
Sastra | Tuesday, 27 Apr 2021, 19:55 WIBAku berjalan pada sela bukit-bukit kesadaran.Gelap pekat mengikat langkah kecilku dengan keraguan.
Sesekali aku berhenti menghela nafas sambil merajut kembali maksud awal.
Dan cahayamu datang menuntunku segera datang tiba pada puncak tertinggi.
Ku lihat bintang menjadi bunga pada taman langit.
Ku petik kemilaunya ku rangkai menjadi gugusan keindahan dan kemuliaan.
Bulan menjadi lampu alam penerang malam.
Membuka gerbang rahmat dan penutup kesengsaraan pada khayal impian.
Pada tempat tertinggi.
Aku dan semesta saling menyapa.
Berdiskusi mesra mengubah kata menjadi mantra dan doa-doa.
Mencurahkan puja puji kepada maha terpuji.
Pada ufuk tertinggi aku hadir kembali dengan kesadaran tertinggi.
Pada tempat tertinggi.
Aku kembali dengan curahan segala isi jiwa.
Dengan penuh rasa mengingatnya. Dengan suka cita bersamanya.
Pada dia yang selalu hadir memenuhi mimpi dan menciptakan banyak mimpi.
Pada dia yang menciptakan bahagia dan mendamaikan kecewa.
Pada tempat tempat tertinggi.
Pandangan ku sungguh luas. Melihat dengan jelas.
Ada indahnya pada semesta. Cahaya pada dirinya menyinari semestaku.
Cahayanya Hadir penuh bergemuruh riuh.
Menghidupkan hidup
Pada tempat tertinggi.
Dalam heningnya ada riang menyebut namanya.
melebur dalam damainya. Mencipta surganya.
Berbagi rasa. Dan teman perjalanan iman.
Dan engkaulah kesadaran pada puncak tertinggi. Denganmu aku hadir penuh sadar utuh dan ada cinta yang tak akhir.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.