Selasa 27 Apr 2021 04:13 WIB

114 Bencana Landa Kuningan Sejak Awal Tahun Ini

Wilayah Kabupaten Kuningan sangat rawan terhadap bencana

Rep: lilis sri handayani/ Red: Hiru Muhammad
Direktur Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Evi Afianti (kiri) berdialog dengan korban bencana longsor di kabupaten Kuningan, Jawa barat di tempat penampungan korban di Desa Pinara, Kecamatan Ciniru,Kuningan Jawa barat, Kamis (8/3).
Foto: Darmawan / Republika
Direktur Keuangan BPJS Ketenagakerjaan Evi Afianti (kiri) berdialog dengan korban bencana longsor di kabupaten Kuningan, Jawa barat di tempat penampungan korban di Desa Pinara, Kecamatan Ciniru,Kuningan Jawa barat, Kamis (8/3).

REPUBLIKA.CO.ID,KUNINGAN--Ratusan kejadian bencana dilaporkan terjadi di Kabupaten Kuningan sejak awal tahun ini. Pencegahan dan mitigasi harus menjadi ruh kesiapsiagaan bencana.

Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan, Dian Rachmat Yanuar, menyebutkan, berdasarkan data yang terlaporkan kepada BPBD setempat, tercatat ada 114 kejadian bencana di Kabupaten Kuningan sejak awal Januari  hingga 25 April 2021. Sedangkan sepanjang 2020, terjadi 260 kejadian bencana.

Adapun kejadian bencana di Kabupaten Kuningan yang terjadi sejak awal tahun ini di antaranya adalah tanah longsor, gerakan tanah, banjir dan angin kencang.

Dian mengungkapkan, wilayah Kabupaten Kuningan sangat rawan terhadap bencana, terutama bencana hidrometeorologi, yang dampaknya dipicu oleh kondisi cuaca dan iklim. Selain itu, kerawanan bencana lainnya berupa bencana geologi, seperti misalnya erupsi gunung berapi dan gempa bumi.

'’Untuk itu, pencegahan dan mitigasi harus menjadi ruh kesiapsiagaan bencana,’’ kata Dian, dalam peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Tahun 2021 di Kantor BPBD Kabupaten Kuningan, Senin (26/4).

Dian mengungkapkan, mencermati perkembangan cuaca melalui informasi BMKG merupakan salah satu upaya kesiapsiagaan bencana. Dia juga menilai, dalam penanggulangan bencana, perlu adanya replikasi dan adaptasi mekanisme penanggulangan bencana di beberapa negara maju. Contohnya, sendai framework, yang diambil dari pola pemerintah Jepang.

‘’Ada implementasi di tataran pemerintah Indonesia dalam kesiapsiagaan bencana yang dapat dilaksanakan, utamanya dalam rangka mitigasi kebencanaan. Karenanya, upaya pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan harus terus menerus dilakukan,’’ kata Dian.

Dalam kegiatan itu terdapat latihan evakuasi mandiri, yang diawali dengan pemukulan kentongan/lonceng/alarm/sirine sebagai penanda simulasi. Selanjutnya masyarakat bergerak menuju tempat evakuasi yang aman dan mudah dijangkau dalam waktu singkat.

Melalui latihan evakuasi mandiri, Dian berharap agar masyarakat semakin tangguh menghadapi bencana. Selain itu juga muncul kesadaran dalam diri tentang pentingnya ‘sadar bencana’ serta ketegasan dari pemimpin atau kepala daerah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement