Senin 26 Apr 2021 17:26 WIB

Jangan Mudik, Selamatkan Lansia yang Banyak Belum Divaksin

Sebagai kelompok prioritas terbesar, capaian vaksinasi lansia justru paling rendah.

Lansia berusia 102 tahun, Inna Wati, mengikuti vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Poris Plawad, Kota Tangerang, Banten, Ahad (11/4/2021). Salah satu warga lanjut usia tertua di Indonesia mengikuti vaksinasi Covid-19 dalam kondisi sehat dan berharap dapat memotivasi masyarakat untuk tidak takut mengikuti program vaksinasi Covid-19 yang dicanangkan pemerintah.
Foto: Antara/Fauzan
Lansia berusia 102 tahun, Inna Wati, mengikuti vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Poris Plawad, Kota Tangerang, Banten, Ahad (11/4/2021). Salah satu warga lanjut usia tertua di Indonesia mengikuti vaksinasi Covid-19 dalam kondisi sehat dan berharap dapat memotivasi masyarakat untuk tidak takut mengikuti program vaksinasi Covid-19 yang dicanangkan pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, keputusan untuk tidak mudik akan menyelamatkan keluarga dari kelompok rentan, yakni lanjut usia (lansia). Terlebih, capaian vaksinasi untuk lansia hingga kini masih jauh dari yang ditargetkan.

"Jika tidak mudik, kita sudah menyelamatkan sanak saudara yang mayoritas adalah lanjut usia yang menduduki persentase besar kontributor kasus dan kematian Covid-19 sehingga mohon untuk bersikap bijak sebelum bertindak," kata Wiku, Senin (26/4).

Baca Juga

Wiku menerangkan, lansia rentan terinfeksi Covid-19 karena daya tahan tubuh mereka cenderung lemah. Lansia juga berisiko tinggi terhadap kematian akibat Covid-19 apalagi jika memiliki penyakit penyerta.

Belajar dari lonjakan kasus yang dialami India karena ada acara keagamaan dengan mobilitas tinggi tanpa protokol kesehatan, Pemerintah Indonesia pun mengendalikan mobilitas penduduk, salah satunya dengan melarang mudik. Kasus Covid-19 di India kini mencapai 15,93 juta, dengan total 184.657 kematian.

Data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 pada Ahad (25/4) melaporkan, sebanyak 11.733.923 jiwa telah menjalani vaksinasi Covid-19 dosis pertama atau bertambah 34.338 orang dari hari sebelumnya. Sementara, yang mendapatkan vaksinasi dosis kedua bertambah 37.710 jiwa atau total menjadi 6.822.304 jiwa.

Saat ini, ada tiga sasaran kelompok vaksinasi di Indonesia, yakni tenaga kesehatan, petugas publik, hingga lansia. Dari tiga kelompok itu, lansia memiliki jumlah terbesar, tetapi capaian targetnya sejauh ini paling rendah.

Dari 21.553.118 lansia yang menjadi target sasaran, hingga Ahad (25/4), baru 2.386.571 (11.07 persen) lansia yang mendapatkan suntikan dosis pertama. Sementara, jumlah lansia yang telah menerima suntikan dosis kedua sebanyak 1.269.557 orang (5,89 persen).

 

 

 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi, mengakui, angka vaksinasi untuk lansia lebih rendah dari petugas publik yang sudah mencapai 44 persen. Pemerintah pun memprioritaskan vaksinasi lansia di semua tempat, terutama di daerah tujuan mudik menjelang periode libur Idul Fitri dan melayani seluruh lansia di mana pun tanpa dibatasi alamat KTP maupun domisili lansia.

"Partisipasi terlihat menurun sehingga perlu dibantu dorong kembali para lansia melakukan vaksinasi. Ada ketakutan lansia pada vaksin, persepsi buat apa perlindungan, akses terbatas terkait transportasi, teknologi pendaftaran, dan finansial," kata dia dalam sebuah acara daring, Sabtu (26/4).

Pemerintah juga mengendalikan laju vaksinasi petugas publik mengingat hampir di semua daerah laju vaksinasi petugas publik jauh lebih tinggi dari lansia. Mobilisasi lansia juga digencarkan melalui kerja sama dengan komunitas, organisasi lokal dan pihak swasta untuk mendaftarkan, serta mengatur transportasi antarjemput lansia ke tempat pelayanan vaksinasi.

Khusus untuk mobilisasi, Nadia menyebut, bisa memanfaat becak dan odong-odong untuk mempermudah mobilisasi peserta vaksinasi, seperti di Kediri dan Surabaya, atau mendekatkan akses vaksinasi melalui teknik door-to-door ke permukiman warga, seperti di DKI Jakarta dan Surabaya.

"Kami mendorong pemerintah daerah, mendata lansia di wilayahnya, diajak vaksinasi, drive thru tidak usah susah-susah pakai mobil, pakai becak pun jadi," tutur Nadia.

Di sisi lain, percepatan vaksinasi lansia juga bisa melalui mekanisme 1:2, yaitu 1 orang non-lansia dapat divaksin bila membawa 2 orang lansia untuk divaksinasi. Mekanisme ini berlaku termasuk bagi petugas publik dan masyarakat umum.

Nadia menegaskan, lansia perlu divaksin Covid-19 karena angka kematian lansia atau orang berusia di atas 60 tahun akibat Covid-19 mencapai angka 50 persen. Meskipun, dari sisi jumlah kasus lansia menduduki peringkat dua terendah dan jumlah lansia berdasarkan data pada 4 April lalu hanya sebesar 12 persen.

Selain itu, bila dibandingkan dengan angka kematian rata-rata nasional, kematian lansia empat kali lebih tinggi. Di rumah sakit, kematian atau fatalitas usia di atas 60 tahun sekitar dua kali lebih tinggi dibandingkan bukan lansia, yakni 32 persen berbanding 14 persen (nonlansia).

"Ini menjadi prioritas kita dan terus kita ingatkan bahwa kalau bisa melindungi lansia diharapkan mampu menekan laju penularan, menekan angka kematian. Saat ini sudah banyak negara yang terjadi peningkatan Covid-19 yang menjadi pembelajaran untuk kita. Setiap kali ada cuti bersama, libur bersama, terjadi lonjakan kasus," ujar Nadia.

Selain vaksinasi, Nadia mengimbau orang-orang menunda berkumpul langsung dengan keluarga besar. Mereka bisa memanfaatkan pertemuan daring untuk memperpanjang tali silaturahim, terutama dengan orang tua.

"Jangan sampai ingin berkumpul, niat baik, melaksanakan tradisi, tetapi kita tahu risiko muncul jauh lebih besar. Demi keselamatan semua orang kami mengimbau kita menunda mudik," kata Nadia.

 

photo
Lansia divaksinasi - (Republika)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement