Muslim Inggris Tuntut Penjelasan atas Batalnya Buka Bersama

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil

Senin 26 Apr 2021 12:10 WIB

Muslim Inggris Tuntut Penjelasan atas Batalnya Buka Bersama. Foto: Muslim Inggris (ilustrasi) Foto: AP Muslim Inggris Tuntut Penjelasan atas Batalnya Buka Bersama. Foto: Muslim Inggris (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON --  Sejumlah Muslim di Inggris yang tergabung dalam kelompok Sahabat Al Aqsa dan organisasi Muslim lainnya bersatu mengeluarkan petisi. Mereka menuntut penjelasan dari pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer, karena membatalkan buka puasa bersama umat Islam selama Ramadhan.

Petisi tersebut menuduh pemimpin Partai Buruh memiliki standar ganda. Ia diduga tunduk pada tekanan dari The Jewish Chronicle, di mana penyelenggara Iftar ini membagikan cuitan di Twitter dan menyerukan boikot kurma dari Israel.

Baca Juga

"Secara tradisional, puasa di bulan Ramadan dibatalkan dengan kurma, yang memiliki makna ritual bagi umat Islam. Penting jika kurma-kurma ini didapatkan secara etis," bunyi petisi tersebut, dikutip di Libyan Express, Senin (26/4).

Karena pemukiman Israel dianggap ilegal menurut hukum internasional, pemboikotan barang-barang mereka secara luas diakui sebagai bentuk aktivisme yang sah.

Di sisi lain, jajak pendapat oleh YouGov baru-baru ini menunjukkan 61 persen anggota Partai Buruh mendukung gerakan BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi) melawan Israel, sementara hanya 8 persen yang menentang.

Pendiri dan CEO Yayasan Cordoba, Dr Anas Altikriti, menyesalkan tindakan pemimpin Partai Buruh. Keir Starmer diketahui sempat mengatakan daripada menegakkan hukum internasional dan mendukung pendirian dua pertiga dari anggota partainya sendiri, ia memilih untuk mundur dari acara Iftar.

Tak hanya itu, penandatangan petisi ini lebih lanjut menuduh Starmer merendahkan Muslim dan siapa pun yang mencari keadilan dan ganti rugi bagi rakyat Palestina.

Mereka mencatat dengan menjelekkan BDS, pemimpin Partai Buruh seolah mengirimkan sinyal yang jelas tentang dukungan tanpa syaratnya untuk Israel.