Senin 26 Apr 2021 07:42 WIB

Militer Chad Tolak Negosiasi dengan Pemberontak FACT

Presiden Chad terbunuh saat pertempuran dengan pemberontak.

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Militer Chad
Foto: Reuters
Militer Chad

REPUBLIKA.CO.ID, N’DJAMENA -- Junta militer Chad dilaporkan menolak untuk bernegosiasi dengan kelompok pemberontak di wilayah utara negara itu. Pihaknya meminta bantuan Niger menangkap pemimpin dari organisasi yang melawan pemerintahan.

“Ini bukan waktu untuk mediasi ataupun negosiasi dengan penjahat,” ujar Azem Berrando Agouna selalu juru bicara dewan militer Chad, dilansir VOA, Senin (26/4).

Militer mengambil alih pemerintahan Chad setelah meninggalnya Presiden Idriss Deby Itno pada pekan lalu. Namun, pada Sabtu (24/4), kelompok pemberontak dari Front for Change and Concord in Chad (FACT) yang bermarkas di Libya mengatakan siap untuk mengamati gencatan senjata,.

Namun, seorang juru bicara junta militer Chad mengatakan, kedua belah pihak sedang berperang. Sebelumnya, Itno meninggal karena cedera yang dideritanya saat mengunjungi FACT.

Setelah kematian Itno, para jenderal membentuk dewan militer untuk menjalankan pemerintahan. Mahamat Idriss Deby Itno yang merupakan putra presiden kemudian ditunjuk menjadi pemimpin sementara.

Pemimpin FACT, Mahamat Mahadi Ali telah melarikan diri ke Niger. Junta militer Chad meminta bantuan dari tetangganya untuk melacaknya.

Kematian Itno yang terjadi satu hari setelah ia dinyatakan sebagai pemenang pemilihan umum pada 11 April, membuat stabilitas Chad semakin goyah akibat konflik dengan FACT. Ia merupakan kunci utama dalam perang melawan pemberontakan.  Sementara itu, sang putra, Mahamat yang mengambil alih kepemimpinan junta militer telah berjanji akan mengadakan pemilihan dalam 18 bulan ke depan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement