Senin 26 Apr 2021 00:02 WIB
IKA PMII Jabar Gelar Refleksi Harlah

Legislator: Ke Depan Bangsa Ini Butuh Peran Kader PMII 

NU dan PMII memiliki saham yang besar dalam sejarah berdirinya bangsa Indonesia.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Bukber Ikatan Keluarga Alumni (IKA) PMII Jawa Barat dengan tema Refleksi 61 tahun PMII di Grill Garden Hotel Papandayan Kota Bandung.
Foto: Istimewa
Bukber Ikatan Keluarga Alumni (IKA) PMII Jawa Barat dengan tema Refleksi 61 tahun PMII di Grill Garden Hotel Papandayan Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda  menegaskan, eksistensi dan masa depan Indonesia tergantung peran kader PMII. Apalagi, ajaran ahlussunah waljama'ah annahdiyah yang dipegang oleh NU dan PMII menjadi modal yang paling utama. 

Hal tersebut disampaikan Syaiful Huda dalam kegiatan Bukber Ikatan Keluarga Alumni (IKA) PMII Jawa Barat dengan tema Refleksi 61 tahun PMII di Grill Garden Hotel Papandayan Kota Bandung malam Sabtu, akhir pekan ini. "Saat ini dan ke depan negara dan bangsa ini sangat membutuhkan peran kader PMII," ujar Huda.

Huda mengatakan, ajaran ahlussunah waljama'ah annahdiyah yang dipegang oleh NU dan PMII menjadi modal yang paling utama. Nahnu ashabul haq, alhaqqul diniy wal haqqul wathoniy, yakni kita pemegang kebenaran, kebenaran agama dan kebenaran bertanah air.

"Kebenaran agama yang kita yakini, sejalan dengan nasionalisme yang kita yakini kebenarannya juga. Sebagaimana yang didoktrinkan khadaratus syaikh KH Hasyim Asy'ari yang menyatakan bahwa agama dan nasionalisme tidak bertentangan," katanya.

"Nasionalisme adalah serbuk bagi proses penyemaian ke-Islaman yang sesungguhnya," imbuhnya.

Huda juga menegaskan, bahwa kader NU dan PMII harus bangga, karena keduanya memiliki saham yang besar dalam sejarah berdirinya bangsa Indonesia.

"Saham NU dan PMII lebih besar dibanding dengan saham elemen politik yang lain. Karena itu, kita akan lawan siapapun elemen politik yang tidak memberikan ruang atau mengeliminir kekuatan politik PMII," katanya.

Huda menjelaskan empat momentum sejarah kiprah NU yang memberikan sumbangsih besar pada sistem bernegara di Indonesia.

"Pertama ketika NU memutuskan Indonesia sebagai Darussalam, kalau tidak ada fatwa teologis ini kira-kira peperangan antar umat Islam di Indonesia tidak akan selesai, kemerdekaan tidak akan terpenuhi waktu itu," katanya

Yang kedua, kata dia, adalah disaat perdebatan terkait dengan bentuk negara. Atas usulan dari KH Wahid Hasyim disepakati bahwa negara Republik Indonesia berdasarkan pancasila bukan berdasarkan agama.

"Kalau tidak ada unsur NU disitu kita bisa membayangkan negara ini belum tentu berdiri 17 Agustus 1945," katanya.

Ketiga, kata dia, ditengah pemberontakan yang dilakukan oleh DI TII, NU memberikan gelar ulil amri addaruri bisauqah pada presiden Soekarno, dan berhasil meredam pemberontakan yang mengatasnamakan agama. 

Penanda keempat, kata Huda, adalah saat krisis kepemimpin yang dipimpin rezim orde baru, walaupun NU sebagai salah satu organisasi yang didzholimi dan tidak diberikan akses kepada negara. "Namun atas insiatif KH Ahmad Sidik dan KH Abdurahman Wahid, NU malah menyatakan sebagai organisasi yang pertama kali menerima Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Huda.

Oleh karena itu, Huda mengajak kader PMII untuk mengambil peran dalam mendorong kemajuan bangsa Indonesia baik dalam ranah politik maupun ilmu pengetahuan.

Kegiatan Bukber IKA PMII Jawa Barar ini dihadiri 200 lebih sahabat perwakilan sejabar mewakili setiap angkatan alumni PMII, turut hadir diantaranya; Habib Syarif Muhammad, Zainaldi Zaenal, Kang Asep Ubaidillah (sekretaris PWNU jabar, sekaligus sekretaris IKA PMII Jabar), Kang R Kurnia Permana, Kang Komarudin Taher dan para senior lainnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement