Sabtu 24 Apr 2021 17:19 WIB

Anak-Anak Yaman Masih Berjuang Hidup Hadapi Ramadhan 

Yaman hadapi krisis kemanusiaan terburuk di dunia saat ini

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Nashih Nashrullah
Warga Yaman menunggu bantuan makanan keluarga mereka untuk berbuka puasa, makanan yang secara tradisional diambil setelah salat magrib untuk berbuka puasa harian Ramadhan, selama bulan puasa Ramadhan di Sana
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Warga Yaman menunggu bantuan makanan keluarga mereka untuk berbuka puasa, makanan yang secara tradisional diambil setelah salat magrib untuk berbuka puasa harian Ramadhan, selama bulan puasa Ramadhan di Sana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Bulan suci Ramadan akan sangat sulit tahun ini bagi seluruh keluarga di Yaman. Sebab, mereka masih mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Enam tahun konflik, keruntuhan ekonomi yang meluas dan sekarang pandemi Covid-19 telah mendorong negara itu semakin terpuruk. Sehingga terdapat 80 persen populasi termasuk 12,4 juta anak-anak yang membutuhkan bantuan kemanusiaan. 

Baca Juga

Dilansir dari forbes.com pada Sabtu (24/4), separuh dari semua anak di bawah usia 5 tahun di Yaman kemungkinan besar akan menderita malnutrisi akut pada tahun 2021. Hampir 2,3 juta anak di bawah usia 5 tahun di Yaman diproyeksikan menderita malnutrisi akut pada 2021. Sebanyak 400 ribu masyarakat bisa meninhgal jika mereka tidak menerima perawatan segera.   

Untuk melindungi anak-anak Yaman yang paling rentan, petugas kesehatan UNICEF berada di lapangan, menyaring anak-anak dari kekurangan gizi dan merujuk mereka yang membutuhkan ke pusat kesehatan, dimana mereka dapat menerima perawatan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. 

"Meningkatnya jumlah anak yang kelaparan di Yaman seharusnya mengejutkan kita semua untuk bertindak. Lebih banyak anak akan mati dengan setiap hari berlalu tanpa tindakan.  Organisasi kemanusiaan membutuhkan sumber daya yang dapat diprediksi dan akses tanpa hambatan ke komunitas di lapangan untuk dapat menyelamatkan nyawa," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore. 

Kemudian, dia melanjutkan anak-anak Yaman tidak bertanggung jawab atas konflik kekerasan yang terjadi di sekitar mereka, tetapi mereka membayar harga tertinggi.  UNICEF telah berada di lapangan sejak krisis dimulai, mengambil setiap tindakan yang mungkin untuk melindungi kesehatan dan hak serta keselamatan jutaan anak Yaman.  

Tapi dengan begini UNICEF tidak dapat melakukannya sendiri.  Ada kebutuhan mendesak bagi individu, organisasi, dan pemerintah untuk berkumpul dan mengambil tindakan.  "Setiap anak di Yaman berhak mendapatkan masa kecil yang aman dan bahagia," kata dia. 

Sementara itu, Manajer kasus di Yaman Ali Al-Raymi mengunjungi keluarga miskin di Sana'a, Yaman, membantu anak-anak yang kekurangan gizi seperti Nour yang berusia sembilan bulan, yang beratnya hanya 11 pon saat pertama kali bertemu dengannya.  

"Ketika Nour lahir, dia lemah dan kurus, dan kesehatannya terus memburuk dari hari ke hari karena kondisi kehidupan kami yang buruk," kata dia. 

Di pusat kesehatan, Nour diperiksa secara teratur dan perlahan-lahan dirawat hingga sembuh dengan makanan terapeutik dan suplemen nutrisi. Ibunya pun senang karena bayinya mulai sehat.  

"Saya merasa senang bayi saya pulih kesehatannya dan mulai bergerak, balita dan bermain. Dia dulu merasa lelah sepanjang waktu karena kesehatannya yang buruk. Perasaan yang tidak terlukiskan saat Anda melihat anak Anda pulih dari penyakit yang merusak tubuhnya," kata dia. 

Diketahui, ada keheningan yang mematikan di pusat-pusat kesehatan di mana anak-anak terlalu lemah untuk bersuara menunggu perawatan.  Terdapat seorang ayah di Yaman duduk bersama anaknya, yang dirawat di bangsal malnutrisi Rumah Sakit Bersalin dan Anak al-Sabeen di Sanaa. Lalu, ada juga seorang petugas kesehatan Yaman yang mengukur tinggi seorang gadis di rumah sakit yang sama.

 

Sumber : forbes

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement