Sabtu 24 Apr 2021 13:52 WIB

Jejak Min Aung Hlaing, dari Rohingya Hingga Kudeta Myanmar

Min Aung ada di balik kematian ratusan demonstran Myanmar dan pembantaian Rohingya.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Elba Damhuri
Pemimpin junta militer Myanmar Min Aung Hlaing (kiri) tiba di Jakarta untuk mengikuti pertemuan pemimpin ASEAN membahas krisis politik dan kemanusiaan di negaranya. (Foto Sekretariat Presiden - Anadolu Agency)
Foto: Anadolu
Pemimpin junta militer Myanmar Min Aung Hlaing (kiri) tiba di Jakarta untuk mengikuti pertemuan pemimpin ASEAN membahas krisis politik dan kemanusiaan di negaranya. (Foto Sekretariat Presiden - Anadolu Agency)

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPITYAW --  Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing tiba di Jakarta dalam pertemuan ASEAN untuk membahas krisis di Myanmar. Pemimpin junta militer yang berada di balik kudeta Myanmar ini tiba pada Sabtu (24 April) siang.

Siapa sebenarnya Min Aung ini? Ia ditunjuk memimpin Myanmar setelah kudeta militer pada 1 Februari 2021 lalu. 

Baca Juga

Dalam jajaran Tatmadaw, jenderal Min Aung Hlaing dikenal kuat memegang pengaruh politik yang signifikan, bahkan sebelum kudeta yang diperintahkan olehnya.

Dia juga dikenal sebagai sosok yang intimidatif. Min Aung Hlaing berhasil mempertahankan kekuatan Tatmadaw, sebutan militer Myanmar, ketika Myanmar beralih ke demokrasi. 

Namun, dia menerima kecaman dan sanksi internasional atas dugaan perannya dalam serangan militer terhadap etnis minoritas.

Usai kudeta terhadap Presiden Myanmar Win Mynt, dan penasihat negara atau pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, Myanmar kini kembali ke pemerintahan militer di bawah kepemimpinannya. Min Aung Hlaing bakal memperluas kekuasaannya dan membentuk masa depan negara dalam waktu dekat.

Jenderal berusia 64 tahun itu menghabiskan seluruh kariernya di militer yang berpengaruh di mana ia bergabung sebagai kadet awalnya. Dia merupakan seorang mantan mahasiswa hukum di Universitas Yangon. 

Dia memasuki Akademi Layanan Pertahanan dalam tes ketiganya pada 1974. Dikenal sebagai prajurit infanteri yang relatif sederhana kemudian dia mendapatkan promosi reguler dan naik kelas, hingga akhirnya menjadi komandan Biro Operasi Khusus-2 pada 2009. 

Dalam perannya ini, ia mengawasi operasi di timur laut Myanmar. Operasi tersebut menyebabkan puluhan ribu pengungsi etnis minoritas melarikan diri dari Provinsi Shan bagian timur dan wilayah Kokang, di sepanjang perbatasan Cina. Meski pasukannya dituduh melakukan pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran, Jenderal Min Aung Hlaing terus memiliki kuasa. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement