Jumat 23 Apr 2021 10:29 WIB

Perempuan Inspiratif Selamatkan Bumi

Kalimat dalam buku Habis gelap Terbitlah Terang, menjadi inspirasi dan motivasi.

Dalam rangka memperingati Hari Kartini dan Hari Bumi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kembali menyelenggarakan Diskusi Pojok Iklim secara virtual dengan mengangkat tema “Perempuan Inspiratif Selamatkan Bumi”, untuk mendengar kontribusi yang dilakukan  perempuan di lapangan, yaitu penyuluh kehutanan dan polisi kehutanan (Polhut) wanita, sehingga setiap orang dapat terinspirasi untuk terus bertekad memperjuangkan dan menyelamatkan lingkungan hidup, pada Rabu, (21/4).
Foto: istimewa
Dalam rangka memperingati Hari Kartini dan Hari Bumi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kembali menyelenggarakan Diskusi Pojok Iklim secara virtual dengan mengangkat tema “Perempuan Inspiratif Selamatkan Bumi”, untuk mendengar kontribusi yang dilakukan perempuan di lapangan, yaitu penyuluh kehutanan dan polisi kehutanan (Polhut) wanita, sehingga setiap orang dapat terinspirasi untuk terus bertekad memperjuangkan dan menyelamatkan lingkungan hidup, pada Rabu, (21/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dalam rangka memperingati Hari Kartini dan Hari Bumi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kembali menyelenggarakan Diskusi Pojok Iklim secara virtual dengan mengangkat tema “Perempuan Inspiratif Selamatkan Bumi”, untuk mendengar kontribusi yang dilakukan  perempuan di lapangan, yaitu penyuluh kehutanan dan polisi kehutanan (Polhut) wanita, sehingga setiap orang dapat terinspirasi untuk terus bertekad memperjuangkan dan menyelamatkan lingkungan hidup, pada Rabu, (21/4). 

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK, Laksmi Dhewanthi dalam sambutan pengantarnya menjelaskan bahwa banyak upaya, inisiatif, gagasan dan aksi yang sudah dilakukan perempuan-perempuan di tingkat tapak hingga global dengan cara apapun dan dalam bentuk apapun. Semua aksi-aksi cerdas di tingkat tapak tersebut akan menjadi penguat semangat untuk terus memberdayakan masyarakat, menebarkan semangat kepedulian lingkungan, dan menebar manfaat bagi kehidupan yang lebih baik. 

Laksmi menyampaikan beberapa penggalan kalimat dari surat Kartini yang dibukukan dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, yang dapat menjadi inspirasi dan motivasi untuk terus bertekad memperjuangkan dan menyelamatkan lingkungan hidup. “Sebagai Penyuluh, Polhut dan Manggala Agni, wanita berjuang bukan karena perempuan tapi karena sadar akan perannya sebagai manusia yang berdedikasi, yang mencintai sepenuh hati mencurahkan daya upaya dan tenaganya untuk menjaga bumi tanpa meninggalkan fungsi sebagai wanita seutuhnya,” katanya. 

Selanjutnya, Ketua Kelompok Wanita Tani Dewi Sri Kabupaten Cianjur, Euis Maryati menyampaikan pengalamannya dalam membawa Kelompok Wanita Tani (KWT) Dewi Sri maju menjadi kelompok yang mandiri dan sudah mendapatkan pengakuan melalui berbagai pengharagaan yang diperoleh. 

Kini usaha yang dikelola KWT Dewi Sri sangat beragam antara lain cuka kayu yang sudah mampu dipasarkan secara nasional dan mampu memberikan peningkatan pendapatan bagi anggota kelompoknya. 

Kemudian, Penyuluh Kehutanan Penyelia UPTD KPH Bali Utara, Neneng Anengsih membagikan pengalaman dan upayanya dengan melakukan pendampingan pelestarian lingkungan bersama kelompok tani binaannya. Strateginya adalah dengan mengacu pada visi misi pembangunan Bali berdasarkan tata kehidupan Krama Bali yaitu menyatu dengan alam berdasarkan nilai-nilai filsafat sad kertih Bali. Menurutnya, dengan demikian akan mudah bersinergi dengan para pihak dan kemungkinan adanya resistensi menjadi rendah. 

“Penyuluhan pelestarian lingkungan dilakukan ke lintas generasi, mencakup isu atau permasalahan riil di lapangan yang kemudian berujung pada manfaat nyata yang dirasakan masyarakat dari sisi penghasilan atau tambahan pendapatan. Pelestarian lingkungan yang dilakukan secara komprehensif kemudian berbuah penghargaan Kalpataru,” paparnya. 

Sementara itu, Polisi Kehutanan Muda, BPPHLHK Wilayah Sulawesi, Santi menerangkan bahwa Polisi Kehutanan wanita selain memberi dukungan di rumah tangga juga mendukung tugas di luar sebagai Polhut yaitu memberi perlindungan, pengamanan, pelestarian kawasan hutan di Indonesia. “Peranan ini menjadi setingkat/sama dengan Polhut laki-laki dalam menghadapi penjahat illegal logging, penjahat pertambangan, penjahat lingkungan, dan tantangan yang sekarang adalah menghadapi penjahat yang terorganisir, banyak menggerakkan stakeholder lain atau oknum-oknum yang bermain,” terangnya. 

Profesionalitas seorang Polhut wanita semakin meningkat seiring dengan modus oprandi kejahatan yang semakin meningkat pula. Yang dibutuhkan adalah keberanian seorang Polhut wanita dalam situasi konflik bisa menempatkan diri bertindak secara profesional. 

Disamping itu, Penyuluh Kehutanan Kabupaten Cilacap, Indarwati menyampaikan ide dan kreasi dalam membuat kain ecoprint dengan memanfaatkan potensi hasil hutan bukan kayu nabati dari kelompok pewarna alami. Kain ecoprint ramah lingkungan karena memanfaatkan bahan-bahan organik yang diambil tanpa merusak lingkungan serta meminimalisir penggunaan bahan-bahan kimia berlebihan yang dapat berpengaruh terhadap perubahan iklim. 

Ia berpendapat, pengembangan kain ecoprint mampu menjadi alternatif usaha kelompok binaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. 

Di akhir diskusi, Kepala Pusat Penyuluhan BP2SDM KLHK, Mariana Lubis memberikan sambutan penutupnya dengan menyampaikan bagaimana para penyuluh, dan kelompok tani hutan binaannya serta polhut telah melaksanakan berbagai kegiatan untuk penyelamatan bumi di tingkat tapak secara nyata. Peran yg dijalankan oleh para ujung tombak garda terdepan pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini menjadi semakin penting dalam rangka mencapai ketahanan iklim. 

"Dari penjelasan para narasumber mencerminkan tidak ada halangan bagi perempuan untuk berprestasi sebagaimana harapan Kartini. Emansipasi yang dilakukan bukanlah merupakan pemberontakan terhadap pria. Di sisi lain, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah memberikan peluang yang sama bagi perempuan maupun laki-laki untuk berkarya membangun negeri." katanya. 

Diskusi yang dipandu oleh Manager Stakeholder Engagement MFP4, Hening Parlan ini dihadiri oleh sekitar 250 peserta yang terdiri dari Kementerian/Lembaga, organisasi non-pemerintah, perguruan tinggi, sektor privat dan individu. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement