Saat Kristen di Gaza Turut Rayakan Meriahnya Ramadhan

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah

Kamis 22 Apr 2021 23:11 WIB

Umat Kristian merupakan bagian integral dari rakyat Gaza. Ilustrasi Ramadhan di Gaza Foto: AP / Adel Hana Umat Kristian merupakan bagian integral dari rakyat Gaza. Ilustrasi Ramadhan di Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA—Banyak orang Kristen di Jalur Gaza berpartisipasi dalam merayakan Ramadhan, kata Sanaa Tarazi, sekretaris Komite Kepresidenan Tertinggi untuk Urusan Gereja, kepada Arab News. 

 

Baca Juga

Dia menekankan bahwa orang Kristen di Gaza adalah bagian integral dari rakyat Palestina. Menurut statistik gereja, ada 390 keluarga Kristen, dengan perkiraan 1.313 anggota, tinggal di Gaza di antara sekitar 2 juta Muslim disana. 

 

"Tidak ada yang bisa membedakan seorang Muslim dari seorang Kristen, karena kita semua adalah tetangga dekat, memiliki ikatan cinta dan kasih sayang di antara kita," kata Tarazi yang dikutip Republika.co.id, Kamis (22/4).

 

Tarazi sendiri dibesarkan di rumah keluarganya di jantung kota tua Gaza. Ramadhan, katanya, adalah bulan kenangan masa kecil yang indah ketika dia dan teman-temannya dari lingkungan sekitar bermain dengan lentera dan kembang api di jalanan, dan mengubah malam menjadi siang hari.

 

Kecintaannya kepada Ramadhan juga telah dia wariskan kepada kedua anaknya, yang saat ini bersekolah di luar negeri, rutin mendekorasi rumah dengan lampion dan ornamen lainnya setiap Ramadhan.“Kebiasaan makan dan minum kami berubah drastis selama Ramadan,” katanya.

 

“Banyak hari, kami akan (melepaskan) makan siang dan makan pada azan Maghrib (malam),” sambungnya, menambahkan bahwa dia berhati-hati untuk menunda memasak makanan keluarganya agar baunya tidak mengganggu tetangga Muslimnya saat mereka berpuasa.

 

Seperti kebiasaan yang berlaku di antara warga Gaza, Tarazi berkata bahwa dia secara tradisional memasak Mulukhiya, sup rebusan daun molokhia atau yute, pada hari pertama Ramadhan, untuk mengantisipasi tahun yang baik dan penuh berkah. Dia dan tetangganya juga akan bertukar makanan dan manisan Ramadhan. 

 

Tarazi mengatakan dia membuat Qatayef di rumah untuk dibagikan kepada tetangga Muslim dan Kristennya selama Ramadan. Suami Tarazi, Majed, seorang pemimpin Pramuka Ortodoks Arab di Gaza, juga berbagi kecintaannya pada bulan suci umat Islam. 

 

Dia mengatakan bahwa malam Ramadhan bersama teman-temannya adalah pengalaman istimewa, dan tahun ini, karena pandemi Covid-19, dia kehilangan sejumlah ritual Ramadhan yang biasa dengan banyak teman Muslimnya.

 

Para petugas akan sering dikerahkan di jalan-jalan Gaza selama Ramadan untuk mendistribusikan air dan kurma kepada mereka yang pulang terlambat setelah bekerja sebelum buka puasa, jelasnya. Pramuka juga biasanya mengadakan buka puasa di Gereja Ortodoks Yunani di Gaza, tetapi telah dibatalkan bulan ini.

 

"Kami mengadakan buka puasa di gereja untuk mengekspresikan toleransi dan menunjukkan kedalaman hubungan dengan Muslim yang mengikat kami di Gaza," katanya.

 

Dia menunjuk ke menara bersejarah masjid Kateb Wilaya, yang berasal dari awal abad ke-14 M dan menghadap ke gereja. “Ini adalah hubungan kami, Tetangga yang penuh kasih, mitra di tanah air, berbagi takdir yang sama,” katanya.

 

"Sama seperti saudara Muslim kami yang memberi selamat pada kami pada acara keagamaan kami, dan mereka berbagi suka dan duka kami, kami bertukar cinta dan hormat dengan mereka, dan kami menghargai kesucian ritual dan acara keagamaan mereka," tambahnya.

 

Sumber: arabnews