Kamis 22 Apr 2021 17:24 WIB

Menelusuri Selarung KRI Nanggala-402 di Laut Bali

KRI Nanggala-402 menghilang saat hendak melakukan latihan penembakan torpedo. 

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (ketiga kanan), Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (ketiga kiri), Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo (kanan) dan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono (kiri) memberikan keterangan terkait KRI Nanggala 402 yang mengalami hilang kontak saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis (22/4/2021). Hingga Kamis (22/4) siang, upaya pencarian masih terus dilakukan untuk menemukan kapal selam yang hilang kontak saat melaksanakan latihan penembakan torpedo di perairan utara Bali sejak Rabu (21/4) lalu.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (ketiga kanan), Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (ketiga kiri), Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo (kanan) dan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono (kiri) memberikan keterangan terkait KRI Nanggala 402 yang mengalami hilang kontak saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis (22/4/2021). Hingga Kamis (22/4) siang, upaya pencarian masih terus dilakukan untuk menemukan kapal selam yang hilang kontak saat melaksanakan latihan penembakan torpedo di perairan utara Bali sejak Rabu (21/4) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu kapal selam tua milik Indonesia, yakni Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Nanggala-402 menghilang saat hendak melakukan latihan penembakan torpedo. Semua prosedur yang perlu dilalui diakui Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Yudo Margono, sudah dilakukan.

Hilangnya kontak KRI Nanggala-402 bermula saat kapal tersebut hendak melakukan penyelaman periscope depth pada kedalaman 13 meter dan melakukan persiapan penembakan torpedo pada pukul 03.00 WITA. Kala itu, kapal selam tersebut masih terlihat oleh tim penjejak sea rider yang terdapat prajurit Komando Pasukan Katak (Kopaska) di dalamnya.

 

photo
FOTO ARSIP - Heli Bell 412 EP milik Skuadron Udara 400 Wing Udara 1 Puspenerbal bermanuver di atas Kapal Selam KRI Nanggala-402, saat latihan. (ERIC IRENG/ANTARA )

 

"Di situ di dalamnya ada orang Kopaska maupun dari kapal selam sendiri untuk nantinya apabila torpedo meluncur mereka akan mengikuti," ujar Yudo dalam konferensi pers di Bali, Kamis (22/4).

Hingga pukul 03.30 WITA, dalam jarak 50 meter tim penjejak sea rider masih dapat melihat geladak haluan dan conning tower KRI Nanggala-420. Pada saat yang sama, KRI lain yang mengikuti latihan itu menempati posisi untuk mengecek torpedo yang hendak diluncurkan.

Pada pukul 03.46 WITA, tim penjejak sea rider melihat lampu pengenal KRI Nanggala-402 perlahan mulai tak terlihat sejalan dengan menyelamnya kapal tersebut. Untuk melakukan penembakan torpedo, kapal buatan Jerman itu memang harus menyelam, namun dengan periskop masih terlihat.

Sejak saat itu hingga satu jam setelahnya, yakni 04.46 WITA, panggilan yang dilakukan dikte penembakan secara terus-menerus tak direspons sama sekali oleh KRI Nanggala-402. Periskop yang semestinya masih terlihat tidak ada. Jaringan komunikasi saat itu terjadi juga sudah tidak terjaring.

"Pada saat penembakan tadi mereka minta otorisasi akan melaksanakan penembakan. Namun demikian, begitu akan diberikan otorisasi, dipanggil-panggil sudah tidak merespons," jelas Yudo.

Sejak hilangnya respons KRI Nanggala-402, tindakan respons terus dilakukan, salah satunya dengan menerbangkan helikopter untuk mendeteksi visual keberadaan kapal pada pukul 04.17 WITA. Namun, upaya pendeteksian visual itu nihil hasil.

Komunikasi tak direspons, pendeteksian visual juga tak ada hasil, hanya berdasarkan estimasi KRI Nanggala-402 diperkirakan timbul dari dalam air sekira pukul 05.15 WITA. Tapi ternyata hingga waktu estimasi tiba, kapal tersebut tak juga muncul di permukaan.

"Pada jam 05.15 WITA kita adakan prosedur sublook yang mana akan dilaksanakan apabila kapal selam hlang kontak dan diduga mengalami permasalahan. Ini sudah sesuai prosedur untuk kapal selam," terang dia.

Hingga pada 06.46 WITA pihaknya melakukan submiss. Itu dilakukan tiga jam setelah kapal selam hilang kontak. Dengan demikian, seluruh unsur lain yang melaksanakan pengamanan latihan diperintahkan untuk melaksanakan pencarian dan latihan ditunda.

"Dan nantinya, selanjutnya kita akan laksanakan isyarakat subsank apabila kapal selam sudah dipastikan tenggelam dengan bukti otentik. Tapi sampai sekarang belum ada bukti otentik, artinya belum terdeteksi di mana posisinya, sehingga kita belum isyaratkan subsunk," jelas Yudo.

Sejak saat itu pencarian masih terus dilakukan. Pencarian dilakukan oleh seluruh unsur yang tergabung dalam latihan penembakan torpedo, yakni 21 KRI yang berada di laut, dua kapal selam, dan lima pesawat udara pendukung latihan.

"Sekarang latihan kita tunda, sekarang kita fokus pencarian kapal selam," ungkap Yudo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement