Kamis 22 Apr 2021 17:12 WIB

Ridwan Kamil Ingatkan Warga Jangan Mudik, Penyekatan Dimulai

Emil berharap, semua masyarakat Jabar bisa menahan diri agar tak mudik.

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Petugas memeriksa pengendara di pos pemeriksaan (check point) di perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dengan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (26/5/2020). Pemeriksaan tersebut sebagai upaya penyekatan pemudik lokal yang hendak keluar-masuk Provinsi Jabar juga para pelancong ke tempat wisata di daerah masing-masing yang rentan penyebaran COVID-19
Foto: ANTARA/ADENG BUSTOMI
Petugas memeriksa pengendara di pos pemeriksaan (check point) di perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dengan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (26/5/2020). Pemeriksaan tersebut sebagai upaya penyekatan pemudik lokal yang hendak keluar-masuk Provinsi Jabar juga para pelancong ke tempat wisata di daerah masing-masing yang rentan penyebaran COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengingatkan kembali pada semua masyarakat agar menahan diri agar tak mudik. Menurut Ridwan Kamil, penyekatan sudah akan dimulai.

"Nanti sore kami rapat penyekatan sudah dimulai. Mei penyekatan sudah dimulai. Di kampung-kampung juga karantina 5 hari sudah dimulai," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Kamis (22/4).

Emil berharap, semua masyarakat Jabar bisa menahan diri agar tak mudik. Agar, tak terjadi lonjakan kasus. "Saya bilang mohon pada warga jangan mudik dulu tahan dulu. Ada kasus di India euforia akhirnya kena second wave melebihi kasus satu tahun di India. Kita tak mau itu terjadi oleh karena itu tahan dulu silaturahminya nanti cari waktu yang terbaik," papar Emil.

Emil menilai, untuk bersilaturahmi tak harus yang sifatnya massal seperti mudik. Karena, mudik itu sifatnya massal di satu waktu. "Ini yang disenangi oleh Covid 19. Kemarin di Jateng sudah ada korbannya 37 warga di kampung kena Covid 19 karena ada pemudik datang ke hajatan," paparnya.

Menurut Emil, ia tak mau lonjakan kasus terjadi di Jabar setelah mudik. Khusus mudik lokal, masih bisa dilakukan karena pada dasarnya jarak dekat dan sering ketemu juga. "Yang dihindari kan (pemudik,red) jarak jauh. Intinya kita mengamankan kebijakan pusat karena satu frekuensi dengan pusat," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement