Meraih Kebahagian Spiritual Melalui Puasa Ramadhan

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil

Kamis 22 Apr 2021 08:15 WIB

Meraih Kebahagian Spiritual Melalui Puasa Ramadhan. foto: Ilustrasi Ramadhan Foto: Pixabay Meraih Kebahagian Spiritual Melalui Puasa Ramadhan. foto: Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Puasa (Shaum, Shiyam) adalah ibadah yang mengharuskan pelakunya menahan diri dari makan minum dan hawa nafsu sejak terbit fajar hingga matahari terbenam. Tujuannya untuk meraih ketakwaan kepada Allah melalui pelatihan menahan nafsu dan syahwat selama sebulan penuh.

Syekh Ahmad Rofi Usmani dalam bukunya "Pesona Ibadah Nabi" mengatakan, dalam sejarah Islam, ayat Alquran yang memerintahkan puasa ada di dalam surat Albaqarah ayat 183 sampai 187 turun di Madinah, dua tahun setelah Hijriyah. Ketika Nabi Muhammad SAW sampai di Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada 10 Muharam (Ashura).

Baca Juga

"Puasa Yahudi ini untuk memperingati keselamatan Musa AS bersama kaumnya Bani Israil dari kejaran pembunuhan oleh Firaun," katanya.

Puasa ini dengan pertimbangan bahwa kaum muslimin mempunyai ikatan emosional dengan ajaran tauhid Nabi Musa. Maka dari itu Nabi SAW memerintahkan kepada kaum muslimin untuk berpuasa pada hari Asyura tersebut.

"Tidak lama kemudian turunlah ayat yang mewajibkan puasa Ramadhan sebagai ibadah utama (madhah) dalam Islam," katanya.

Secara umum, puasa ada dua macam. Pertama, puasa fardhu (wajib), kedua puasa tathawwu (sunnah). Puasa fardhu ialah puasa Ramadan, puasa kafarat dan puasa nazar. Sedangkan, puasa tathawwu ialah puasa Asyura 10 Muharram, puasa Arafah 9 Dzulhijjah, puasa 6 hari dalam bulan Syawal puasa Senin dan Kamis dan lain-lain.

Baca juga : Cara Para Sahabat Nabi Membedakan Awal dan Akhir Puasa

Syekh Ahmad Rofi Usman mengatakan, sebagai ibadah yang utama, puasa mengandung dua tujuan. Pertama, penjernihan jiwa atau pengendalian syahwat untuk mencapai kesempurnaan fitrah kemanusiaan. Kedua meningkatkan moral akhlak yang sangat bermanfaat untuk kehidupan sosial yang dewasa dan bermartabat.

Puasa kata dia, selain melatih kesabaran,  juga melatih hidup sederhana, bahkan hidup asketik yang jauh dari kemewahan dunia. Dengan kata lain, puasa bisa menjadi simbol pelatihan hidup mandiri yang penuh tanggung jawab.

"Atau simbol pendakian taqwa melalui penderitaan fisik demi meraih kebahagiaan ruhani (spiritual)," katanya.