Kamis 22 Apr 2021 07:15 WIB

'Pemanfaatan Internet Jangan Sampai Mengarah ke Radikalisme'

Penyebaran paham radikalisme seperti ISIS banyak memanfaatkan faktor perseptual.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Gerakan ISIS (ilustrasi)
Foto: VOA
Gerakan ISIS (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, tahun lalu Global Terrorism Index menempatkan Indonesia di posisi 37. Artinya, masuk kategori medium dengan tren potensi radikalisme menurun dari dua tahun sebelumnya.

Ia turut mengungkapkan, orang Indonesia habiskan 8 jam 52 menit per hari untuk berselancar di dunia maya. Dengan total penduduk Indonesia yang berjumlah 274,9 juta jiwa, penetrasi internet di Indonesia saat ini sudah mencapai 73,7 persen.

"Sehingga, perlu dipastikan pemanfaatannya tidak mengarah kepada tindakan radikal terorisme," kata Boy dalam seminar luring dan daring yang digelar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Rabu (21/4).

Boy menerangkan, penyebaran paham-paham radikalisme seperti ISIS banyak yang memanfaatkan faktor-faktor perseptual. Memanfaatkan konstruksi identitas, krisis dan solusi untuk membentuk cara-cara penerimanya memandang dan menilai dunia.

Narasi sentral dari jenis pesan ini sederhana seperti ISIS adalah pejuang dan pelindung, musuh ISIS adalah jahat serta bertanggung jawab atas krisis dan ISIS satu-satunya harapan. Lalu, membangun narasi buruk menggunakan kata-kata jihad.

"Narasi ini bersifat umum dan lebih mungkin beresonansi dengan audiens-audiens transnasional yang berada di luar lingkup kendali langsung ISIS," ujar Boy.

Kegiatan utama bidang pencegahan menangkal terorisme meliputi tiga poin utama. Ada kesiapsiagaan nasional berupa pemberdayaan masyarakat, peningkatan kemampuan aparatur, peningkatan sarpras, pengembangan kajian dan pemetaan wilayah rawan.

Kedua, kontra radikalisasi yaitu kontra narasi, propaganda dan kontra ideologi. Sedangkan, deradikalisasi dilakukan dalam lapas dan luar lapas. Sinergitas antar lembaga dilaksanakan sistematis, terpadu dan berkesinambungan melibatkan 38 K/L.

Artinya, implementasi strategi penanggulangan terorisme pendekatan lembut yang bertujuan untuk pencegahan dini. Memahami, memperbaiki dan selalu siap siaga menangkal secara dini penyebab terjadinya aksi terorisme dari akarnya.

"Rencana pengembangan kawasan agrowisata ditujukan kepada perubahan pola pikir, ideologi mantan napiter dan masyarakat pada umumnya," kata Boy.

Masuki era digital, BNPT sendiri membuat platform berbasis aplikasi dan situs web. Menampilkan informasi seputar kegiatan BNPT, juga video dan podcast yang berisi pesan-pesan kebangsaan seperti persatuan, kebhinekaan dan toleransi.

"Cinta Tanah Air dan anti radikal terorisme melalui soft approach yang ditampilkan dalam bentuk konten-kontek kreatif," ujar Boy. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement