Kamis 22 Apr 2021 04:20 WIB

Mengapa Harga Kopi di Teluk Arab Sangat Mahal?

Sangat sulit untuk menjaga harga kopi tetap terjangkau.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Kopi
Foto: ist
Kopi

IHRAM.CO.ID, DUBAI -- Membeli secangkir kopi di wilayah Teluk Arab bisa menjadi sangat mahal. Pecinta kopi di sana sering mengeluhkan fakta bahwa latte mereka harganya dua kali lipat Dubai atau Riyadh. Di saat yang sama, ketika membeli kopi ternyata pembeli tidak hanya membayar susu dan biji-bijian di secangkir kopi tersebut.

Pekan lalu, media sosial sempat panas dengan keluhan harga minuman flat white seharga 7 dolar AS di Dubai atau sekitar Rp 101 ribu. Pecinta kopi di Kuwait, Bahrain, Arab Saudi, dan Qatar ikut serta mempertanyakan apakah biaya tersebut sesuai. Akhirnya, pertanyaan pun muncul mengapa kopi begitu mahal di wilayah ini.

Terkait hal ini, Leon Surynt pemilik Nightjar Coffee, salah satu merek dan kafe kopi paling populer di Dubai pun menjelaskan alasannya kepada Arab News. Ia mengatakan, sangat sulit untuk menjaga harga kopinya tetap terjangkau.

Nightjar mengimpor bijinya sendiri langsung dari pertanian di seluruh dunia. Biji-biji kopi tersebut kemudian dipanggang di Alserkal Avenue dan kemudian menjualnya ke hotel serta kafe di seluruh negeri.

 

"Anda harus memiliki banyak cara, sedikit online, sedikit grosir, dan sedikit kafe untuk menghasilkan uang di sini. Kita hidup dalam masyarakat yang memiliki tarif pajak rendah, tetapi kita juga memiliki banyak biaya kepatuhan," kata Surynt, dilansir di Arab News, Rabu (21/4).

Ia pun merinci, biaya secangkir latte di Nightjar adalah 5 dolar AS atau sekitar Rp 73 ribu. Bahan-bahannya yaitu susu dan kopi sekitar 20 persen dari total harganya. Sementara itu, dia memperkirakan gaji dan pengeluaran staf mencapai 30 persen. Belum termasuk biaya sewa tempat yang diperkirakan sebanyak 15 persen.

Tidak hanya itu, pemilik kafe juga harus memperhitungkan biaya pemerintah, pemasaran, admin, dan logistik. Artinya keuntungan yang didapatkan dari satu latte sekitar 1 dolar AS atau Rp 14,5 ribu. Surynt menambahkan, angka-angka itu belum termasuk biaya pengumpul, pengiriman, gaji dan operasional dapur. "Ada banyak biaya tersembunyi di sini," kata dia.

Cerita yang sama datang dari manajer pengembangan bisnis Kopi Cypher, Samer Harkous. Perusahaan ini memasok ratusan kafe di Uni Emirat Arab dan luar negeri dengan biji yang sudah dipanggang.

Saat menentukan harga produk Cypher, Harkous mengatakan biaya sewa dan kotamadya harus dimasukkan ke dalam harga biji, sementara keuntungan harus dibuat di atas itu. Kafe yang menjual biji-bijian nantinya harus menambah biayanya sendiri.

Ia menambahkan, memanggang biji merupakan proses yang mahal dan sulit. Peralatan perlu diimpor dari luar negeri. Setiap biji juga membutuhkan metode pemanggangan yang berbeda, dicatat dengan cermat pada grafik oleh staf, mulai dari memantau suhu dan tingkat gas yang diperlukan hingga mendengarkan 'retakan pertama'.

Wakil direktur Bahrain's Crust and Crema, Cyrus Woo mengatakan, penetapan harga adalah topik yang sensitif. Menurutnya, pihaknya harus sangat berhati-hati dan melakukan riset pasar sebelum kemudian menghitung biayanya sendiri.

Woo mengatakan, meskipun kopi menghasilkan lebih banyak uang daripada makanan di kafe, agar kopi menguntungkan, kafe harus menjual banyak. "Kami adalah bisnis yang mencari keuntungan. Kita harus bisa bertahan, tapi kita tidak ingin serakah. Saya berharap ketika orang-orang datang dan minum kopi, mereka menghargai ada lebih banyak hal yang terlibat, bahwa mereka membayar untuk pengalaman itu," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement