Rabu 21 Apr 2021 14:29 WIB

Alumni Ponpes Modern Gontor Dirikan Rumah Qur'an Tuna Rungu

Ustaz Edi ingin agar kaum tunarungu di Kabupaten Bangka bisa membaca Alquran.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Santri Pondok Pesantren Tunarungu Darul AshomYogyakarta sedang belajar Alquran dengan menggunakan bahasa isyarat (ilustrasi).
Foto: Silvy Dian Setiawan
Santri Pondok Pesantren Tunarungu Darul AshomYogyakarta sedang belajar Alquran dengan menggunakan bahasa isyarat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKA -- Alumni Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Gontor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mendirikan rumah Qur'an Tuna Rungu Darul Alshomt di Stasiun IX Surya Timur, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Babel).

Pendiri rumah Qur'an Tuna Rungu Darul Alshomt, Ustaz Edi, mengatakan, apa yang dilakukannya bertujuan untuk membantu umat Islam yang mengalami kebutuhan khusus atau tuna rungu dapat mengenal sekaligus membaca huruf hijaiyah atau Alquran.

Metode pembelajaran kata dia, disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat sehingga santri mudah mengenali dan memahami huruf Alquran. "Sejak didirikan rumah Qur'an Tuna Rungu Darul pada Februari 2021, hingga sekarang tercatat ada enam santri yang mengikuti belajar mengaji di usia antara 17 sampai 40 tahun," jelasnya di di Kabupaten Bangka, Rabu (21/4).

Sebelum mengajar Alquran menggunakan bahasa isyarat, Edi terlebih dahulu belajar bahasa isyarat di Ponpos Daarul Ashom Yogyakarta yang menjadi ponpes tuna rungu pertama di Indonesia yang bersanad isyarat Alquran di Kota Toif Mekkah.

"Tujuan mendirikan rumah Qur'an Tuna Rungu Bangka Darul Alshomt semata-mata membantu teman teman yang berkebutuhan khusus atau tuna rungu dalam mengenal huruf Alquran," kata Edi. Mulai dari pendaftaran sampai kegiatan belajar, sambung dia, santri tidak dikenakan biaya atau gratis.

Dia mengatakan, karena tujuan awal membantu anak anak tuna rungu dapat mengamalkan agama Islam layaknya orang normal pada umumnya. Edi menjelaskan, didirikanya rumah Qur'an Tuna Rungu Darul Alshomt berawal dari keprihatinan yang dirasakan kaum tuna rungu di Bangka, yang diduga banyak buta huruf hijaiyah serta terbatasnya ilmu pengetahuan agama.

Edi bersama rekan rekannya kerap mengisi ceramah menggunakan bahasa isyarat kepada tunarungu di Bangka terkait pentingnya iman dan amal shaleh serta mengajar tata cara dan bacaan shalat lima waktu. "Alhamdulillah sudah ada santri yang bisa menghafal huruf Alquran dengan bahasa isyarat bahkan ada yang sudah hafal surat Annas," kata Edi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement