Kamis 22 Apr 2021 02:05 WIB

Wisata ke Masjid Mungsolkanas, Masjid Tua di Bandung

Masjid Mungsolkanas berdiri pada 1869.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Esthi Maharani
Masjid Mungsolkanas di Jalan Cihampelas Kota Bandung menjadi salah satu masjid tua berdiri tahun 1869, Rabu, (21/4).
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Masjid Mungsolkanas di Jalan Cihampelas Kota Bandung menjadi salah satu masjid tua berdiri tahun 1869, Rabu, (21/4).

IHRAM.CO.ID, BANDUNG -- Wisata religi di Kota Bandung ada banyak pilihannya. Salah satunya bisa berwisata ke masjid-masjid bersejarah seperti Masjid Mungsolkanas. Masjid tersebut berdiri pada 1869.

Mungsolkanas sendiri merupakan akronim dari kalimat berbahasa sunda yaitu 'Mangga Urang Sholawat ka Nabi Saw' yang berarti 'Mari kita sholawat kepada Nabi Muhammad Saw'. Masjid tiga lantai ini berada di Gang Winataatmaja, Jalan Cihampelas bersebelahan dengan kampus STBA Yapari Bandung.

Saat hendak memasuki teras masjid, jemaah yang berkunjung akan melihat prasasti berbentuk batu berisi keterangan pendirian masjid Mungsolkanas pada tahun 1869. Sedangkan di lantai dua masjid terdapat Alquran yang ditulis oleh KH Abdurohim atau Mama Aden pendiri masjid dan dipajang oleh pengurus.

Namun, sisa material bangunan masjid Mungsolkanas yang menunjukkan telah dibangun tahun 1869 sudah tidak ada. Seluruh bangunan sudah menggunakan material yang lebih modern dan telah empat kali direnovasi, terakhir pada tahun 2007.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Mungsolkanas keenam, Diki Senjaya mengatakan masjid Mungsolkanas berdiri pada lahan wakaf milik Lantenas, seorang janda kaya raya Camat Lengkong Sukabumi yang memiliki tanah dari Cimbeuleuit hingga ke Cihampelas pada tahun 1869. Masjid Mungsolkanas pada saat itu masih berupa tajug. Pasca Lantenas meninggal dunia, pengelolaan masjid yang dibangun secara swadaya diserahkan kepada KH Abdurohim atau Mama Aden.

"Mungsolkanas, mangga urang ngaos solawat ka kanjeng Nabi Muhammad Saw. Mungkin saya bukan saksi hidup tapi menurut sesepuh dulu, makna dari itu, ulama terdahulu memaknai masjid mengagungkan sholawat kepada nabi dari zaman ke zaman," ujarnya saat ditemui, Rabu (21/4).

Ia menuturkan, praktik kegiatan sholawat masih terus dilakukan oleh jemaah masjid hingga saat ini pasca melaksanakan sholat wajib. Masjid tersebut diketahui berdiri sebelum Masjid Kaum Cipaganti berdiri tahun 1933.

"Dulu syiar dakwah Islam pertama di Kota Bandung mulai dari Cimbeuleuit, Setiabudi, Ledeng, Linggawastu dan Cihampelas bawah dan wilayah ITB pertama di masjid (Mungsolkanas) disiarkan ulama," katanya.

Sesepuh ulama seperti KH Uci yang menyebarkan Islam di Masjid Raya Ujung Berung, memulai kegiatan syiar bersama KH Abdurohim dari Masjid Mungsolkanas. Ia pun mengatakan tidak menutup kemungkinan masjid pernah menjadi ruang dialog dan inspirasi melawan penjajah Belanda pada saat itu.

Bahkan, ia mendapatkan informasi jika presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno saat berstatus mahasiswa di ITB sering berkegiatan di Masjid Mungsolkanas. Diki mengatakan perjalanan dari masjid ke kampus ITB bisa dilakukan dengan berjalan kaki melalui pemukiman warga.

Ia mengatakan, bentuk bangunan Masjid Mungsolkanas sendiri mengalami perubahan sejak pertama kali berdiri. Selain itu, jika dulu hanya dapat menampung jemaah yang salat sebanyak 20 orang, kini sudah dapat menampung hingga 300 orang.

Namun begitu, Diki mengatakan di lantai dua masjid terdapat Alquran yang ditulis tangan oleh KH Abdurohim atau Mama Aden. Posisi masjid pun berubah yaitu saat pertama berdiri menghadap ke utara dan saat ini ke arah Utara.

Ia mengaku saat ini tidak mengetahui persis makam KH Abdurohim atau yang dikenal sebagai Mama Aden. Sejak pandemi Covid-19 terjadi, aktivitas di masjid relatif berkurang terlebih adanya kebijakan pembatasan. Namun seiring relaksasi, kegiatan di masjid mulai kembali berjalan dan aktif terutama di bulan puasa Ramadan.

"Kegiatan ramadan pesantren kilat, majelis taklim bada duhur," katanya. Ia menyebut Masjid Mungsolkanas pernah menjadi bahan penelitian skripsi tentang sejarah masjid di Bandung yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Selain itu, banyak mahasiswa yang berkunjung untuk mengetahui lebih jauh tentang masjid Mungsolkanas sebelum terjadi pandemi Covid-19. Saat ini pihaknya sedang mengupayakan agar Masjid Mungsolkanas menjadi cagar budaya kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung.

"Insyallah ke depan, belum terdaftar di cagar budaya akan didaftarkan cagar budaya di Kota Bandung," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement