Rabu 21 Apr 2021 08:09 WIB

Peneliti Ungkap Temuan Peta Batu Terutua di DUnia

Peta batu tua berusia 4000 tahun dari Zaman Perunggu (2150-1600 SM).

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Peta batu tua berusia 4000 tahun dari Zaman Perunggu (2150-1600 SM).
Foto: Denis Glikman/Bournemouth University
Peta batu tua berusia 4000 tahun dari Zaman Perunggu (2150-1600 SM).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Tim peneliti di Prancis menyampaikan studi baru mengenai peta batu tua berusia 4000 tahun dari Zaman Perunggu (2150-1600 SM). Penelitian yang mewakili contoh kartografi kuno tertua di Eropa ini diterbitkan di jurnal online, Bulletin de la Société préhistorique française. Kartografi adalah sebuah studi dan seni tentang membuat peta.

Tim peneliti mengungkap analisis baru dari relik berukuran 5x6 kaki yang pertama kali digali pada tahun 1900 oleh Paul du Chatellier. Lempengan ukiran dari Saint-Bélec baru-baru ini ditemukan kembali di ruang bawah tanah sebuah kastil Prancis di Brittany pada tahun 2014, setelah hilang selama beberapa dekade.

Baca Juga

Sebelum itu, barang antik itu tampaknya tergeletak di parit kastil di perkebunan keluarga du Chatellier di Chateau de Kernuz, sekitar 45 kilometer dari tempat lempengan itu ditemukan.

Apa yang dikenal sebagai lempengan Saint-Bélec awalnya digali dari gundukan kuburan Zaman Perunggu di Finistère, Brittany. Itu terdiri dari salah satu dinding sebuah tangki, sejenis kotak batu yang menampung mayat.

Lempengan itu kemungkinan besar diukir sebelum digunakan kembali di liang menjelang akhir Zaman Perunggu awal. Sekarang, benda antik itu telah diperiksa ulang dan diklasifikasikan sebagai representasi kartografi tertua dari wilayah yang diketahui di Eropa.

"Kehadiran motif berulang yang digabungkan dengan garis membuat komposisi ini tampak seperti tata letak kartografi. Lempengan Saint-Bélec memang mengandung tiga elemen yang paling mungkin dari representasi kartografi prasejarah. (di sana ada) komposisi homogen dengan ukiran yang identik dalam teknik dan gaya, pengulangan motif, dan hubungan spasial antara motif," kata tim peneliti  dilansir di Syfy, Jumat (16/4).

Untuk mengkonfirmasi hipotesis mereka, peneliti membandingkannya dengan representasi lain yang serupa yang diambil dari prasejarah Eropa dan dari etnografi (Tuareg, Papua, Aborigin Australia, dll).

Pada 2017, sekelompok peneliti Eropa mulai menganalisis ukiran pada lempengan terkenal dengan menggunakan survei 3D resolusi tinggi dan fotogrametri. Teknik ini merupakan proses menganalisis objek melalui serangkaian foto yang sangat detail.

Melalui proses ini, tim menemukan bahwa penanda batu raksasa berisi semua ciri khas peta regional terperinci, yang secara khusus mewakili hamparan wilayah dan lembah sepanjang 18 mil di sekitar Sungai Odet di Prancis Barat.

“Ada beberapa peta yang diukir di batu di seluruh dunia,” kata peneliti pasca-doktoral Universitas Bournemouth Dr. Clement Nicolas.

“Umumnya, itu hanya interpretasi. Tapi ini adalah pertama kalinya peta menggambarkan suatu area dalam skala tertentu, mungkin cara untuk menegaskan kepemilikan wilayah oleh pangeran atau raja kecil pada saat itu. Kami cenderung meremehkan pengetahuan geografis masyarakat masa lalu. Lempengan ini penting karena menyoroti pengetahuan kartografi ini," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement