Selasa 20 Apr 2021 16:41 WIB

Siapa 'Ular-Ular' di Balik Prakarsa Liga Super Eropa?

UEFA murka atas prakarsa Liga Super Eropa oleh 12 klub elite Eropa.

Suporter sepak bola memasang spanduk protes di luar Stadion Old Trafford Manchester United, Manchester, Inggris, Senin, 19 April 2021, menentang pembentukan Liga Super Eropa.
Foto: AP Photo/Jon Super
Suporter sepak bola memasang spanduk protes di luar Stadion Old Trafford Manchester United, Manchester, Inggris, Senin, 19 April 2021, menentang pembentukan Liga Super Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Reuters, Anggara Pramudya, Muhammad Ikhwanuddin, Reja Irfa Widodo

Liga Super Eropa (ESL) resmi diumumkan pada Ahad (18/4) waktu Eropa atau Senin (19/4) dini hari WIB, di mana sebanyak 12 klub elite Eropa bergabung dalam sebuah kompetisi sempalan (breakaway) di luar agenda resmi UEFA. Kabar prakarsa proyek ini sontak membuat jagat sepak bola gempar dan UEFA pun murka.

Presiden UEFA Aleksander Ceferin menuduh 12 klub yang berada di balik ESL telah meludahi wajah para pencinta sepak bola. Ia pun mengecam 'ular-ular' yang berada di balik proposal ESL.

Ceferin menuduh bos Juventus, Andrea Agnelli, dan Wakil Kepala Eksekutif Manchester United Ed Woodward yang mendirikan ESL. Mereka pun telah mundur dari posisinya dalam Asosiasi Klub Eropa yang beranggotakan 246 klub besar.

"Saya tak bisa menekankan lebih tegas lagi saat ini bahwa UEFA dan dunia sepak bola bersatu padu menolak proyek tercela dan mementingkan diri sendiri ini dari segelintir klub di Eropa yang didorong semata oleh kerakusan," kata Ceferin.

Ceferin mengaku sempat ditelepon oleh Ed Woodward pada Kamis pekan lalu. Saat itu, kata Ceferin, Woodward menyatakan bahwa dia puas dengan upaya reformasi UEFA. Namun, kata Ceferin, diam-diam Woodward kemudian menandatangani kesepakatan ESL.

"(Agnelli) mungkin yang paling mengecewakan. Saya tak ingin terlalu pribadi, tapi saya tak pernah melihat orang yang begitu banyak berbohong sesering yang dia lakukan. Saya berbicara dengan dia Sabtu dan dia bilang ini semua cuma kabar burung, tak ada apa-apa. Kemudian, dia mematikan telepon. Kerakusan begitu kuat sampai-sampai menguapkan nilai-nilai kemanusiaan. Selalu baik untuk mengetahuinya dalam kehidupan, siapa dia," kata Ceferin.

Ceferin memastikan, pemain mana pun yang bermain dalam ESL akan dilarang mengikuti turnamen-turnamen internasional, termasuk Piala Dunia. UEFA menyatakan, sikap mereka didukung penuh oleh FIFA.

"Kami tak menyadari ada ular yang bekerja dekat kami, tetapi kini kami tahu," ujar Ceferin menambahkan.

Adapun, 12 klub elite yang bergabung ke ESL adalah AC Milan, Arsenal, Atletico Madrid, Chelsea,  Barcelona, ​​Inter Milan, Juventus, Liverpool, Manchester City, Manchester United, Real Madrid, dan Tottenham Hotspur. Diperkirakan tiga klub lagi akan bergabung menjelang musim perdana.

Ketua Federasi Sepak Bola Denmark yang juga anggota Exco UEFA Jesper Moller pada Senin (19/4) menyatakan, Real Madrid, Manchester City, dan Chelsea akan dikeluarkan dari Liga Champions. Keputusan kemungkinan akan dijatuhkan pada Jumat (23/4) saat UEFA menggelar rapat Exco.

"Real Madrid, Manchester City, dan Chelsea akan keluar (dari Liga Champions) dan diharapkan itu terjadi pada Jumat," kata Moller, dikutip CBS.

Atas ancaman-ancaman yang ditebarkan oleh UEFA, para pemilik 12 klub yang tergabung di ESL sejauh ini masih bergeming. Presiden Real Madrid, Florentino Perez, bahkan terang-terangan menyatakan tak gentar atas ancaman pelarangan para pemain anggota ESL berlaga dalam pertandingan internasional.

"Pemain dilarang bermain dalam pertandingan internasional? Itu tidak akan terjadi. Saya katakan kepada para pemain, mereka  (UEFA) tidak bisa menghentikan Anda untuk membela timnas," ujar Perez kepada El Chiringuito, Senin.

Menurut Perez, ESL adalah suatu prakarsa untuk menyelamatkan finansial klub yang terdampak pandemi Covid-19. Ia bahkan mengeklaim, Real Madrid bisa bangkrut jika ESL tak segera digelar.

Perez ragu turnamen kelas wahid seperti Liga Champions dapat menjadi penyelamat klub yang kini menderita kerugian besar. Ia ingin ada turnamen tandingan yang bisa membangkitkan gairah sepak bola, khususnya Eropa.

"Kami mengambil kesimpulan mengganti Liga Champions dengan Liga Super. Ini bisa membantu mengembalikan pendapatan klub yang hilang akibat pandemi," kata Perez.

Ia merasa kompetisi yang sudah ada tidak cukup kompetitif dan menguntungkan dari segi keuangan. Untuk itu, ia berniat menjadikan Liga Super Eropa sebagai produk yang lebih "menghasilkan".

"Saat Anda tidak punya penghasilan apa pun selain dari hak siar, Anda akan mencari solusi menciptakan pertandingan yang lebih atraktif. Sehingga, penonton bisa menyaksikan laga-laga seru dengan klub besar, seperti Real Madrid," ujarnya.

Ia mengungkapkan, tim sekelas Real Madrid juga mengalami kerugian besar selama pandemi. Perez tidak ingin hal tersebut terus terjadi dan menggerogoti klub.

"Real Madrid sedang berada dalam situasi ekonomi yang buruk. Kami kehilangan 400 juta euro, dan itu hanya Real Madrid!" ucapnya.

Ihwal rencana format baru Liga Champions, menurut Perez, sulit dimengerti. Perez keukeuh hanya ESL-lah yang bisa menyelamatkan klub-klub saat ini.

UEFA memang berniat mengubah sistem Liga Champions dari 32 tim yang terbagi ke dalam delapan grup, menjadi 36 tim dengan format liga konvensional. Setiap tim setidaknya akan bertanding sebanyak 10 kali yang terbagi atas lima laga kandang dan lima pertandingan tandang.

Delapan tim teratas di klasemen berhak melaju ke fase gugur. Kemudian, tim urutan kesembilan hingga ke-24 akan menuju play-off untuk mengamankan satu tempat dalam babak 16 besar.

"Tidak akan ada yang mengerti format baru Liga Champions. Saya tidak yakin hal tersebut bisa menyelamatkan sepak bola," kata Perez.

 

photo
Sebuah spanduk terlihat di luar Stadion Anfield Liverpool yang memprotes pembentukan Liga Super Eropa, Liverpool, Inggris, Senin (19/4). - (AP / Jon Super)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement